kutipan

"percayalah bahwa suatu keinginan akan terwujud karena adanya motivasi & obsesi"

Selamat Datang

Selamat datang di blog saya :))

Kamis, 06 Januari 2011

Saya Bersyukur dan Ingin Lebih

“Sudahlah, syukuri saja yang ada!”

Kalimat ini sering dialamatkan kepada mereka yang memiliki ambisi sangat besar. Bahkan kepada orang yang hanya ingin meningkatkan taraf hidup pun sering mendapat “nasihat” seperti ini. Kalimat ini seolah sudah bijak tetapi masih menyimpan pertanyaan besar, betulkan makna bersyukur itu menerima apa yang sudah ada tanpa berharap lebih banyak nikmat lagi?

Jika definisi tersebut benar, maka tidak akan ada perintah untuk berikhtiar kepada manusia. Buat apa berikhtiar jika kita sudah cukup dengan nikmat yang sudah ada? Perintah bersyukur adalah perintah mengakui dan berterima kasih atas semua nikmat Allah. Tanpa kecuali, termasuk nikmat yang tidak kita usahakan maupun nikmat yang kita usahakan. Jadi tidak ada korelasi bahwa kita cukup mensyukuri nikmat yang sudah ada saja.

Yang kedua, pada QS Ibrahim ayat 7 sudah jelas disebutkan bahwa kita diperintah bersyukur dan Allah akan menambah nikmat kita. Yang ketiga, kita juga diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh para Nabi untuk berdo’a meminta tambahan nikmat kepada Allah. Dimanakah penjelasan yang menyuruh kita tidak berharap untuk mendapatkan lebih banyak nikmat lagi?

Hal ini sudah menjadi keyakinan sehingga menjadi suatu mindset keliru pada sebagian umat Islam. Mereka menjadi memiliki suatu batasan tanpa disadari dalam pikirannya bahwa mereka sebenarnya tidak berhak mendapatkan nikmat yang lebih banyak. Saat mereka berharap nikmat yang lebih banyak baik nikmat materi maupun maknawi, mereka takut menjadi orang yang tidak bersyukur.

Yang benar adalah kita tetap berhak mendapatkan nikmat yang lebih banyak lagi dibanding nikmat yang sudah kita miliki sambil mensyukuri nikmat yang sudah ada. Yang tidak boleh adalah kita berusaha mencari nikmat karena kita mengingkari nikmat yang sudah ada. Mulai sekarang mari kita ubah mindset kita menjadi orang yang beryukur sambil mengharap nikmat lebih banyak lagi. Tetaplah berdoa dan berusaha untuk nikmat yang lebih banyak dan tetaplah bersyukur atas apa yang sudah kita terima. Kedua hal ini bisa kita lakukan secara bersamaan, bahkan harus.
Siip? LIKE :)

bersyukurlah

Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai, oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan. Kata-Kata Diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah,kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”. Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan,tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan disekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan men jadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Siip? LIKE :)

Bahagia, ada pada Jiwa yang Bisa Bersyukur

Apakah anda pernah membayangkan menulis buku bukan dengan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya? Bayangkan kalau anda menulis dengan kelopak mata kiri? Jika Anda mengatakan itu hal yang mustahil untuk dilakukan, Anda tentu belum mengenal orang yang bernama Jean- Dominique Bauby. Seorang pemimpin redaksi majalah Elle, majalah kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia.

Betapa mengagumkan semangat hidup dan tekad maupun kemauannya untuk menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami si Jean dalam menempuh hidup ini, Anda pasti akan berpikir, “Berapa pun problem dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!”

Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total yang disebutnya “Seperti pikiran di dalam botol”. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.

Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat, teman- temannya) menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. “Bukan main,” kata Anda.

Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh “menulis” dengan cara si Jean, barang kali kita harus menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean dalam pembuatan bukunya.

Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, “Le Scaphandre” et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah pun, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik dan tetap menjadi seorang manusia (bahasa Sansekerta yang berarti pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan langsung dalam film yang mengisahkan dirinya.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh..! Coba ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah menulis demikian: “Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah pikiran yang tertutup!”

Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang stres berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di-PHK, ingatlah kita masih bisa menelan ludah, masih bisa makan dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah…! Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi, tapi bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian berterima kasih/ bersyukurl).

Dalam artikel yang berjudul Kegagalan & Kesuksesan Hasil Konsekuensi Pikiran ( SPM 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Nah, nyawa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan
secara bertanggung jawab. Dengan nyawa ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun, dia harus bisa bahagia. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak meminta (menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah seseorang yang merasa ada gunanya untuk kehidupan ini.

Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan.

Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang beruntung. Banyak cerita tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide besar untuk mulai bisnis sendiri dan menjadi majikan. Ditolak pun bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi, untuk mendapatkan
keberuntungan diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk berusaha!
Siip? LIKE :)

bersyukur

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar.


Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh...

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.

Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga.

Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik...

Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut...

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif ...

Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu ...

Siip? LIKE :)

Cinta Itu Seperti Menunggu Bis Saja

Sebuah bis datang, dan kau bilang, "Wah...terlalu sumpek dan panas, nggak bisa duduk nyaman nih! aku tunggu bis berikutnya saja"

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih dan kok gak cakep begini... nggak mau ah.."


Bis selanjutnya datang, cool dan kau berminat, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja.


Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, gua bisa kepanasan". Maka kamu membiarkan bis keempat pergi..


Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. Ketika bis kelima datang, kau sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kau tuju!


Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama..


Moral dari cerita ini, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kau pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.


Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita. Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kau masih bisa berteriak 'Kiri !' dan keluar dengan sopan.


Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.


Cerita ini juga berarti, kalau kau benar-benar menemukan bis yang kosong, kau sukai dan bisa kau percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kau dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu. Untuk dia memberi kesempatan kau masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.


Bis seperti apa yang kau tunggu?

Siip? LIKE :)

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang Sakaratul maut

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang Sakaratul maut,Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning burung-burung gurun pun enggan mengepakkan sayapnya.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah:
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum….Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan Khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit Sakaratul Maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril?” Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu,”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“umatku, umatku, umatku”
dan….PUPUSLAH KEMBANG HIDUP MANUSIA MULIA ITU………
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya ?

Siip? LIKE :)

Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya

Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.

Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, "Maha Suci Allah, apa ini?"

"Sudahlah, lanjutkan perjalanan!" jawab keduanya.

Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.

Rasulullah pun bertanya, "Subhanallah, apa pula ini?"

Kedua tamunya menjawab, "Sudah, menjauhlah!"

Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.

Rasulullah kembali bertanya, "Siapa mereka?"

Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.

Rasulullah pun bertanya, "Apa yang dilakukan orang ini?!"

"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.

"Apa ini?!" tanya Rasulullah

"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.

Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, "Apa ini? Dan siapa mereka?"

Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"

Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, "Naiklah ke pohon itu!"

Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, "Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!"

Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!

Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, "Ini adalah Surga 'Adn, dan inilah tempat tinggalmu!"

"Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada', sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika'il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu)."

Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, "Inilah tempat tinggalmu!"

Rasulullah berkata kepada mereka, "Semoga Allah memberkati kalian."

Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, "Tidak sekarang engkau memasukinya!" [1]

"Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?" tanya Rasulullah kepada mereka.

Keduanya menjawab, "Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur'an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.

Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah."

...

Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?"

Rasulullah menjawab, "Dan anak orang-orang musyrik."

Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.

Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka
Siip? LIKE :)

syukur dan menikmati hidup

Posting spesial kata mutiara edisi koleksi ini berisi 10 kata mutiara bertema syukur dan menikmati hidup. Lewat kata kata mutiara motivasi diharapkan kita semua bisa lebih menikmati kehidupan ini dengan selalu bersyukur. Silakan dinikmati.
  1. Saya selalu bersyukur atas kehidupan yang begitu indah ini. Di sela-sela kegiatan yang saya lakukan, ucapan syukur tak henti-henti saya ucapkan sebagai bentuk terimakasih atas begitu besar dan melimpah nikmat yang telah saya terima.
  2. Pikiran saya ibarat taman berisikan bunga-bunga bermekaran yang semerbak mewangi, elok rupanya, dan disukai banyak orang. Di taman pikiran saya, hanya tertanam hal-hal positif yang memberi manfaat dan menyebarkan kebaikan bagi orang banyak.
  3. Saya sangat bersyukur dianugerahi kesehatan yang membuat saya sanggup berpikir secara jernih dan mengajak orang-orang lain menuju arah yang lebih baik.
  4. Saya tidak akan pernah menunda mengucap syukur dan terima kasih. Karena kita tidak akan pernah tahu berapa lama lagi hidup di dunia ini.  Maka, sekarang juga saya ucapkan syukur atas segala nikmat yang telah saya rasakan.
  5. Saya ucapkan terimakasih kepada siapa saja yang membantu saya menyuntikkan semangat menjalani kehidupan ini. Berkat semangat yang berkobar ini, saya mantap menatap masa depan yang lebih berarti.
  6. Saya percaya selalu ada harapan yang lebih baik di depan sana. Asal kita tidak pernah berhenti untuk berusaha, bersyukur, dan dilandasi doa.
  7. Saya belajar bersyukur dengan menerima apapun yang saya alami hari ini. Rasa syukur membuat pikiran saya lebih jernih dan hati tentram-bahagia.
  8. Setiap rasa syukur dan terimakasih terlontar, diri saya kembali ke titik nol. Situasi yang saya rasakan begitu damai dan plong.
  9. Saya bersyukur bukan saja untuk segala hal yang telah saya miliki dan rasakan selama ini, namun juga untuk segala hal negatif yang selama ini memang tidak pernah saya harapkan datang.
  10. Saya selalu memperbaiki kualitas diri saya dengan mengucapkan rasa syukur pada-Nya. Saya juga membiasakan diri mengucap terimakasih pada orang-orang sebagai bentuk apresiasi tulus saya pada mereka.

Siip? LIKE :)

Mimpi bertemu Rasulullah saw

Jika kita bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw, apakah kita bisa mempercayainya? Siapa yang berani menjamin kalau orang yang bertemu dengan kita dalam itu adalah Rasulullah saw? Padahal, agama Islam ini sudah lengkap dan tidak membutuhkan lagi kepada mimpi-mimpi semacam itu.
Oleh karena itu, ada yang mengatakan bahwa hadits yang menerangkan masalah ini hanya dapat diterapkan oleh para sahabat saja, sebab hanya mereka yang bertemu sendiri dengan Rasulullah saw. Kalau kita yang bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw, maka kita tidak akan tahu secara pasti apakah orang itu benar-benar Rasulullah saw atau bukan.
Hadits tentang mimpi bertemu Rasulullah saw, beliau bersabda “Barang siapa bermimpi melihatku di dalam tidurnya, maka sebenarnya ia telah melihatku, sebab setan tidak dapat menyerupaiku” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.
Jadi, hal-hal seperti yang telah disebutkan di atas tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Misalnya, keterangan dalam hadits di atas, bahwa “Setan tidak dapat menyerupaiku”. Apakah maksudnya?
Oleh karena itu, ketika Ibnu Sirin mendengar ada orang yang menyatakan telah melihat Rasulullah saw, maka beliau bertanya, “Coba ceritakan sifat-sifat Rasulullah saw kepadaku”
Orang itu menjawab, “Orang itu begini, tingginya segini, besarnya segini… dan seterusnya”. Kalau sifat-sifatnya yang telah disebutkannya benar, maka baru dapat dikatakan ia telah melihat Rasul.
Demikian juga dengan Ibnu Abbas, ketika ada orang yang menyatakan seperti itu, beliau mengatakan, “Coba ceritakan sifat-sifatnya”. Kemudian menjawab, “Beliau seperti Hasan bin Ali”. Maka Ibnu Abbas membenarkannya, sebab Hasan adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw.
Jadi, tidak mungkin semua orang dapat mengaku telah bertemu dengan Rasulullah saw. Sebagian ulama mengatakan bahwa mimpi bertemu dengan Rasulullah saw tidak mungkin terjadi kecuali pada zaman sahabat. Karena hanya mereka yang mengerti tentang Rasulullah saw. Sedangkan kita tidak pernah mengetahuinya.
Dalam mazhab Ibnu Hazem, diceritakan Umar pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpi itu, Rasulullah saw berpaling darinya. Kemudian ditanya oleh Umar, “Wahai Rasulullah, kenapa anda berpaling dariku?”. Rasulullah saw menjawab, “Karena engkau mencium istrimu, pada saat engkau sedang berpuasa”.
Ibnu Hazeem mengatakan, “Mimpi ini tidak dapat dijadikan hukum”. Dalil yang lebih penting adalah kisah Umar dan Rasulullah saw ketika Umar bertanya tentang hukum mencium istir pada saat berpuasa. Sebagaimana diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad berikut ini:
Umar bin Khattab ra pernah mencium isterinya ketika sedang berpuasa, lalu beliau mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasulullah, saya telah melakukan perbuatan besar pada hari ini, yaitu mencium isteriku padahal aku berpuasa”.
Lalu Rasulullah saw balik bertanya, “Bagaimana menurutmu jika engkau berkumur ketika sedang berpuasa, apakah membatalkan puasa?” Umar menjawab, “Tidak”. Rasulullah bersabda, “Demikian pula dengan mencium”.
Maksudnya sekedar mencium dibandingkan dengan jimak (bersetubuh) bagaikan berkumur dibandingkan dengan meminum. Berkumur tidak membatalkan puasa.
Dalam riwayat Imam Syatibi, Khalifah Al-Mahdi Al-Abbasi pernah didatangi oleh seorang ahli fikih yang bernama Al-Qhadhi Syarif Bin Abdillah. Al-Mahdi tidak menyambut secara baik, bahkan disambut dengan marah dan disuruh untuk mengambilkan pedang. Syarif bin Abdillah menjadi bingung. Ketika ditanya kenapa, Al-Mahdi menjawab “Aku bermimpi melihatmu berpaling dariku dan ketika aku bertanya kepada juru takwil mimpi, mereka mengatakan bahwa engkau memperlihatkan ketaatan tapi menyembunyikan permusuhan”. Pada saat itu Syarif bin Abdillah berkata, “Mimpi anda bukanlah mimpi Khalilullah Ibrahim as, dan juru takwil mimpi anda bukanlah Nabi Yusuf as”.
Mimpi Nabi Ibrahim as adalah ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya dan takwil Nabi Yusuf adalah ketika menakwilkan mimpi raja. Ia melanjutkan, “Mimpi anda tidak berhak untuk membunuh seorang mukmin”. Akhirnya Al-Mahdi pun mengalah.
Diceritakan juga oleh Imam Ghazali, ada sekelompok orang yang ingin membunuh seseorang. Ketika ditanya kenapa?, mereka menjawab, “Ada orang saleh yang melihat iblis dalam mimpinya. Ia telah masuk ke dalam beberapa negeri tapi tidak masuk ke dalam sebuah negeri. Ketika ditanya kenapa tidak masuk negeri tersebut? Iblis menjawab, “Saya tidak perlu masuk, karena di sana sudah ada seseorang syekh (ahli agama) yang mengatakan bahwa Al Quran itu makhluk”.
Lalu ia bertanya, “Kalau Iblis berfatwa kepadamu dalam keadaan sadar (tidak mimpi) ahwa aku mengatakan bahwa Al Quran itu mahluk apakah kalian mempercayainya?”. Mereka menjawab, “Tidak”. Kemudian ia melanjutkan, “Demikian juga fatwanya dalam tidur, tentu tidak lebih utama untuk dipercaya”
Berdasarkan semua itu, maka Hasan Al Banna bermaksud untuk menyelesaikan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami agama. Bahwa, hal-hal seperti di atas tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum. Mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan, tapi itu pun seharusnya dalam perkara-perkara yang hukumnya mubah dan syaratnya tidak bertabrakan dengan hukum syariat. Mimpi-mimpi yang biasa dan sederhana, maka hal ini tidak apa-apa, asal tidak berhubungan dengan hukum syara’ seperti mubah, halal, haram, makruh dan seterusnya. Dalam perkara-perkara yang hukumnya mubah, maka tidak apa-apa, seperti mimpi melihat barang bagus di depan rumah atau mimpi melamar orang lain, dan lain sebagainya.
Siip? LIKE :)

Mimpi

Mimpi ada yang disebut “mimpi yang jujur”. Mimpi seperti ini disebut dalam sebuah hadits sebagai “mubasyirat” (mimpi yang menggembirakan). Ketika Rasulullah saw ditanya tentang “kabar gembira bagi seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini”, beliau menjawab, “Kabar gembira itu adalah mimpi yang jujur yang dilihat oleh seorang mukmin”. (HR. Tirmizi dari Ubaidah bin Shamith ra)
Mimpi seperti itu disebut sebagai mimpi yang menggembirakan, tetapi hukumnya berbeda dengan wahyu, sebab orang yang menerima wahyu disebut nabi, sedang nabi telah habis. Tetapi, ada kalanya mimpi datangnya dari setan.
Jika ada orang yang bermimpi, maka siapa yang menjamin kalau mimpi tersebut termasuk mimpi yang menggembirakan? Bagaimana jika ternyata berasal dari setan? Ada lagi mimpi yang merupakan bisikan dari jiwa manusia. (mimpi biasa)
Siip? LIKE :)

Ilmu Ladunni

Ilmu dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ilmu Syariah
2. Ilmu Laduni (ilmu hakiki)
Ilmu syariah adalah ilmu yang telah dipelajari oleh banyak orang, yaitu berbicara tentang hukum-hukum agama. Selain ilmu syariah, ada yang disebut “ilmu hakiki” atau “ilmu laduni”
Ada riwayat dari salaf yang membenarkan keberadaan ilmu tersebut. Mereka berkata, “Barang siapa melihat mahluk Allah dengan kaca mata syariat maka ia akan mengkritiknya, tetapi barang siapa melihat mahluk Allah dengan kaca mata hakikat maka ia akan memaafkannya”
Maksudnya, jika melihat manusia sesuai dengan “ilmu syariah”, kita akan meihat ada yang muslim, kafir, Yahudi, orang saleh, orang jahat, dan seterusnya. Tapi kalau melihat dengan “ilmu hakikat”, maka semua orang akan dimaafkan. Mereka telah ditentukan oleh takdir. Mereka memang tidak melakukan “syariat” (hukum Allah, tapi mereka melakukan “iradah” (kehendak) Allah.
Bahkan, jika iblis dilihat dengan “ilmu hakikat”, maka bisa dimaklumi. Dalil yang sering digunakan untuk melegitimasi ilmu ini adalah kisah Nabi Khidzir as. Padahal, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Nabi Khidzir, pada dasarnya, karena beliau melihat hikmah, yaitu melakukan perbuatan yang paling ringan resikonya, atau disebut “akhaffu dhororain”. Hikmah itu sangat jelas dapat dilihat dalam kisah Al Quran.
Oleh karena itu, sekarang seandainya ada kejadian seperti Nabi Musa as dan Nabi Khidzir as, maka sebaiknya kita mengikuti siapa? Apakah mengikuti Nabi Musa as atau mengikuti Nabi Khidzir as?
Jawabannya, kita harus mengikuti Nabi Musa as, dan tidak mungkin pada masa sekarang, ada yang mengklaim sebagai Nabi Khidzir as. Sebab beliau melakukan semua itu berdasarkan perintah dari Tuhannya, seperti disebutkan, “Sesungguhnya, aku tidak melakukan hal itu berdasarkan perintahku sendiri” (QS. Al-Kahfi 82).
Siip? LIKE :)

Wajib mempelajari ilmu agama dari sumbernya

Dalam mencari ilmu dan agama, kita harus mengikuti sumber yang asli. Kita tidak boleh menjadikan ilham atau “al-kasyaf” sebagai dasar agama, sebab ilham dan kasyf tidak bisa menjamin kebenaran. Alasan lainnya, hasil dari ilham atau “al-kasyf” bisa jadi bertentangan antara satu dengan yang lain.
Bahkan sekarang sudah ditolak oleh ilmu dan akal.
Siip? LIKE :)

Sumber-Sumber Makrifat

Sumber-sumber ilmu bagi seseorang ada tiga, yaitu: Indera yang sehat, Akal yang logis, Kabar (berita) yang jujur.
Mengenai yang terakhir ini, yaitu kabar, ada yang bersifat mutawatir, yaitu kabar yang sudah diyakini kebenarannya, dan ada pula kabar dari seorang rasul yang mengandung makna mukjizat.
Kabar (berita) seperti ini juga berlaku bagi sumber informasi di dalam duni ini. Mislanya, ada informasi yang menyebutkan adanya sebuah kota yang disebut dengan New York. Kita secara yakin telah mempercayainya, meskipun kita belum pernah melihat sendiri.
Kabar dari seorang rasul artinya berita yang disampaikan oleh seorang rasul. Tetapi, ilham tidak bisa menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan.
Hukum-hukum adalah masalah agama tidak dapat diterima hanya dengan berdasarkan kepada ilham atau apa yang disebut dengan “al-kasyf”. Demikian pula, untuk mengetahui derajat hadits atau sanadnya.
Jika ada seseorang yang mengaku bertemu dengan nabi, baik dalam mimpi ataupun tidak, dan mengatakan bahwa ia disuruh untuk melakukan perbuatan tertentu atau melarang perbuatan tertentu, maka hal seperti itu tidak dapat diterima. Kenapa?
Sebab, kita hanya diperintahkan untuk mengikuti Allah dan Rasulnya saja, seperti dijelaskan dalam banyak ayat dan hadits. Di antaranya firman Allah:
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl 16-17)
Pernah ada sebuah cerita seorang tua yang dikenal saleh, rajin shalat malam dan memiliki keramat. Tetapi, ia mengkonsumsi barang-barang yang terlarang, seperti narkotika. Katanya, ia melakukan semua itu karena ia telah mendapatkan petunjuk melalui ibadah malamnya.
Pemahaman seperti ini tentu saja tidak dibenarkan.
Sebagian ulama pernah berkata, “Jika kalian melihat ada orang yang mampu terbang di udara atau berjalan di atas air, sedangkan dia tidak mengikuti tuntunan syariat, maka ketahuilah bahwa ia adalah tukang sihir atau Dajjal”.
Siip? LIKE :)

Ilham, kasyif, lintasan perasaan dan mimpi tidka dapat dijadikan sumber agama Islam

Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan kesungguhan dalam beribadah adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan Ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan suatu rahasia, dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa dianggap sebagai dalil jika tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan nashnya”
Berhubungan dengan prinsip ini, Hasan Al Banna menjelaskan pentinganya iman, ibadah dan mujahadah atau “riyadhoh nafsiah” (olah raga batin) dalam menyuburkan atau memerangi hati manusia. Tujuannya agar dapat menikmati apa yang disebut manisnya iman (halaawah iman).
Orang yang berhasil melakukan olah raga batin, hatinya akan hidup dan bercahaya, firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS. Al Anfal 29)
Firman Allah: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS Al Ankabut 69).
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al Hadid 2 8)
Firman Allah: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS Ath-Thalaq 2-3)
Dalam hadits, Rasulullah bersabda “Takwalah (berhati-hatilah) dengan firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah” (HR. Tirmdzi dari Abu Said Al-Khudry ra)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya, setiap umat dari sebelum kalian ada orang diberi Ilham, jika ada orang itu dari umatku maka ada adalah Umar” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra).
Kata “muhaddatsun” artinya orang yang diberi ilham dan perkataannya selalu benar.
Dalam kisah Usman bin Affan ra, Anas ra pernah melihat seorang perempuan yang mempesona. Ketika bertemu dengan Usman, Usman berkata, “Aku melihat kalian mendatangiku, dan aku melihat ada bekas zina pada mata anda?”
Lalu Anas ra berkomentar, “Wahai Amirul Mukminin, ada apa ini? Apakah ada wahyu setelah Rasulullah saw wafat?
Usman menjawab, “Bukan wahyu, tetapi firasat”
Hal seperti itu tidak dapat diingkari. Tetapi, pemahaman yang salah adalah jika menjadikan ilham atau firasat sebagai salah satu sumber syariat, baik dalam masalah akhidah ataupun hukum yang bersifat praktis.
Sebagian orang, ada yang berkata, “Hatiku telah berbicara (karena ilham) dari Tuhanku”
Perkataan seperti ini, tentu saja, tidak dapat diterima, meskipun diucapkan oleh orang yang telah sampai pada tingkat sufi yang setinggi apapun.
Siip? LIKE :)

Al-Quran dan sunnah

Al Quran dan Sunnah adalah rujukan bagi setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Al Quran harus dipahami sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tidak dipaksakan dan tidak serampangan. Sedangkan sunnah harus dipahami melalui para perawi hadits yang dipercaya.
Dasar yang kedua adalah Al Quran dan Sunnah. Keduanya sering disebut sebagai sumber makrifat. Orang yang ingin mengetahui tentang Islam harus kembali kepada Al Quran dan Sunnah, sebab Al Quran adalah sumber Ilahi yang membatasi hak dan kewajiban manusia. Dasar agama Islam bukan akal tapi wahyu yang sifatnya terjaga dari kesalahan. Dasar ini menjelaskan apa yang diinginkan Allah dari kita, apa yang diridhai dan apa yang dibenci.
Wahyu dibagi menjadi dua, yaitu: wahyu yang dibaca (wahyu al-matlu) yaitu Al Quran dan wahyu yang tidak dibaca (wahyu ghair matlu), yaitu Sunnah Rasulullah saw. Sunnah adalah penjelas bagi Al Quran. Dalam memahami agama Islam, kedua dasar ini harus diperhatikan.
Firman Allah: “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali Imran: 32)
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kamudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jik akamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa: 59).
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. Al-Anfal:20).
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” (QS. Muhammad: 33).
Keduanya harus dipegang dan tidak cukup berpegang kepada salah satunya saja. Kita tidak boleh hanya berpegang kepada Al Quran saja. Dahulu pernah muncul kelompok seperti ini, yaitu kelompok yang cukup berpegang kepada Al Quran dan tidak berpegang kepada Sunnah. Pendapat ini masih ada yang meneruskannya sampai sekarang. Mereka mengatakan bahwa Al Quran sudah meliputi segala sesuatu.
Untuk menjawab kesesatan mereka, silakan dibaca buku yang sangat bagus yang ditulis oleh Mustofa As-Siba’I yang diberi judul “As-Sunnah wa Makaanatuha fit-Tasyri Al-Islamy” (Sunnah dan Kedudukannya dalam Perundang-Undangan Islam)
Firman Allah: “Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS. An-Nisa:80).
Firman Allah: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumnya” (QS. Al-Hasyr: 7)
Orang yang mengatakan telah cukup dengan Al Quran saja, sebenarnya ia telah mengingkari Al Quran itu sendiri. Sebab, Al Quran tidak mungkin dipahami, dalam beberapa hal, kecuali dengan keterangan dari Sunnah, misalnya tentang shalat. Kata shalat disebutkan secara global dalam Al Quran, kemudian sunnah menjelaskan bagaimana cara mendirikannya dan kapan waktu pelaksanaannya. Begitu pula dengan ibadah puasa, haji dan lain-lain.
Ada kelompok lain yang membagi-bagi sunnah. Mereka mengambil sebagian dan meninggalkan yang lain. Misalnya, hanya mengambil sunnah yang sifatnya mutawatir saja. Atau mengambil sunnah yang bersifat prakstis (amaliah) saja dan menolak yang bersifat qauliyah, padahal sebagian besar dari sunnah ini adalah sunnah qauliah.
Sikap yang benar adalah kita harus kembali kepada sunnah secara keseluruhan: baik sunnah qauliah, dan amaliah maupun taqririah (penetapan). Kita juga menerima sunnah yang kedudukannya sahih atau hasan. Sedangkan sunnah yang lemah (dhaif), maka tidak bisa dijadikan sebagai sandaran hukum.
Siip? LIKE :)

ketika kita lelah pada dunia

Ketika wajah ini penat memikirkan dunia, maka berwudhulah.
Ketika tangan ini letih menggapai cita-cita, maka bertakbirlah.
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah.
Ikhlaskan semuanya dan mendekatlah padaNYA.
Agar tunduk disaat yang lain angkuh. Agar teguh disaat yang lain runtuh.
Agar tegar disaat yang lain terlempar.

Siip? LIKE :)

Makna Al-Quran

Secara bahasa, Al-Quran berasal dari kata kerja qară’a yang berarti “mengumpulkan atau menghimpun”, dan qiră’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi”.
Al-Quran adalah firman atau wahyu yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir dan terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada manusia setelah Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan kepada para Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan kitab suci yang istimewa karena tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi keutamaan, tetapi membacanya saja sudah bernilai ibadah.
Hal ini sesuai dengan beberapa defenisi Al-Quran yang diungkapkan para ulama, diantaranya Dr. Subhi Ash-Shalih. Ia mendefinisikan Al-Quran sebagai “kalam Allah SWT berupa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan secara mutawatir dimana membacanya termasuk ibadah”.
Defenisi senada diungkapkan oleh Usatdz Muhammad Ali Ash-Shabuni. Menurutnya, Al-Quran adalah firman Allah Swt yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudia disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, dimulai dengan Surah Al-Fatihah [1] dan ditutup dengan Surah An-Nas [114].
Secara bahasa, Al-Quran berasal dari kata kerja qara’a yang berarti “mengumpulkan dan menghimpun”, dan qira’ah yang berarti “menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi”.
Oleh karena itu, istilah qur’an paling umum diterjemahkan sebagai “bacaan” atau “tilawah” (bacaan yang dilantunkan), dan telah dihubungkan secara etimologis dengan qeryana (bacaan Kitab Suci, bagian dari Kitab Suci yang dibacakan dalam ritual keagamaan) dalam bahasa Suriah, dan miqra’ dalam bahasa Ibrani (pembacaan suatu kisah, Kitab Suci). Sebagian mufasir juga berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari bentuk fu’lan, qur’an membawa konotasi “bacaan sinambung” atau “bacaan abadi”, yang dibaca dan didengar berulang-ulang.
Al-Quran dikhususkan sebagai nama kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sehingga Al-Quran menjadi nama khas kitab tersebut, yaitu sebagai nama diri, termasuk juga untuk penamaan ayat-ayatnya. Sebagai sebuah nama, Al-Quran merujuk pada wahyu (tanzil) yang “diturunkan” (unzila) oleh Allas Swt kepada Nabi Muhammad saw dalam rentang waktu hampir 23 tahun. Dalam konotasi yang lebih universal, ia adalah ekspresi diri Ummul Kitab sebagai paradigma komunikasi Ilahiah (QS. Al-Ra’d [13]:39).

Siip? LIKE :)

Copy Right @ Semua yang di tulis di atas adalah hak milik Ali Supratman :)