kutipan

"percayalah bahwa suatu keinginan akan terwujud karena adanya motivasi & obsesi"

Selamat Datang

Selamat datang di blog saya :))

Kamis, 06 Januari 2011

Ilham, kasyif, lintasan perasaan dan mimpi tidka dapat dijadikan sumber agama Islam

Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan kesungguhan dalam beribadah adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan Ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan suatu rahasia, dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa dianggap sebagai dalil jika tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan nashnya”
Berhubungan dengan prinsip ini, Hasan Al Banna menjelaskan pentinganya iman, ibadah dan mujahadah atau “riyadhoh nafsiah” (olah raga batin) dalam menyuburkan atau memerangi hati manusia. Tujuannya agar dapat menikmati apa yang disebut manisnya iman (halaawah iman).
Orang yang berhasil melakukan olah raga batin, hatinya akan hidup dan bercahaya, firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS. Al Anfal 29)
Firman Allah: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS Al Ankabut 69).
Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al Hadid 2 8)
Firman Allah: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS Ath-Thalaq 2-3)
Dalam hadits, Rasulullah bersabda “Takwalah (berhati-hatilah) dengan firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah” (HR. Tirmdzi dari Abu Said Al-Khudry ra)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya, setiap umat dari sebelum kalian ada orang diberi Ilham, jika ada orang itu dari umatku maka ada adalah Umar” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra).
Kata “muhaddatsun” artinya orang yang diberi ilham dan perkataannya selalu benar.
Dalam kisah Usman bin Affan ra, Anas ra pernah melihat seorang perempuan yang mempesona. Ketika bertemu dengan Usman, Usman berkata, “Aku melihat kalian mendatangiku, dan aku melihat ada bekas zina pada mata anda?”
Lalu Anas ra berkomentar, “Wahai Amirul Mukminin, ada apa ini? Apakah ada wahyu setelah Rasulullah saw wafat?
Usman menjawab, “Bukan wahyu, tetapi firasat”
Hal seperti itu tidak dapat diingkari. Tetapi, pemahaman yang salah adalah jika menjadikan ilham atau firasat sebagai salah satu sumber syariat, baik dalam masalah akhidah ataupun hukum yang bersifat praktis.
Sebagian orang, ada yang berkata, “Hatiku telah berbicara (karena ilham) dari Tuhanku”
Perkataan seperti ini, tentu saja, tidak dapat diterima, meskipun diucapkan oleh orang yang telah sampai pada tingkat sufi yang setinggi apapun.
Siip? LIKE :)

Tidak ada komentar:

Copy Right @ Semua yang di tulis di atas adalah hak milik Ali Supratman :)