kutipan

"percayalah bahwa suatu keinginan akan terwujud karena adanya motivasi & obsesi"

Selamat Datang

Selamat datang di blog saya :))

Kamis, 20 Januari 2011

ukuran lapangan lompat jauh

a) Catatan
- Bak lompat diisi dengan pasir
- Apabila pelompat gagal/diskualifikasi yuri mengangkat bendera merah
- Apabila pelompat melakukan dengan baik yuri mengangkat bendera putih
- Lebar awalan 122 cm
- Panjang balok 122 cm
- Lebar balok 20 cm
b) Hal – hal yang perlu dihindari :
- Memperpendek atau memperpanjang langkah terakhir sebelum bertolak.
- Bertolak dari tumit dengan kecepatan yang tidak memadai.
- Badan miring jauh kedepan atau kebelakang.
- Fase yang tidak seimbang.
- Gerak kaki yang premature.
- Tak cukup angkatan kaki pada pendaratan.
- Satu kaki turun mendahului kaki lain pada darat.
c) Hal – hal yang harus diperhatikan/dilakukan
- pelihara kecepatan sampai saat menolak
- capailah dorongan yang cepat dan dinamis dan balok tumpuan.
- Rubahlah sedikit posisi lari, baertujuan mencapai posisi lebih tegak.
- Gunakan gerakan kompensasi lengan yang baik
- Capailah jangkuan gerak yang baik.
- Gerak akhir agar dibuwat lebih kuat dengan menggunakan lebih besar daya kepadanya.
- Latihan gerakan pendaratan.
- Kuasai gerak yang betul dari lengan dan kaki dalam meluruakan dan membengkokkan.


  1. Gambar Lapangan

2. Keterangan Gambar
a. Lebar lintasan awalan = 122 cm
b. Lebar papan tumpu = 20 cm
c. Panjang papan tumpu = 122 cm
d. Bak lompat diisi dengan pasir
3. Macam macam gaya dalam lompat jauh
-Gaya jongkok
-Gaya berjalan di udara (walking in the air)
-Gaya menggantung (snapper)
4. Hal hal yang perlu diperhatikan untuk meraih hasil maksimal
-Jarak awalan 30-40 dan dilakukan secepat cepatnya
-Menggunakan kaki yang kuat untuk melakukan tolakan.
-Diusahakan melayang selama mungkin
-Waktu mendarat jangan sampai jatuh ke belakang
5. Diskualifikasi
-Dipanggil 3 menit belum melompat
-Menumpu dengan 2 kaki
-Kembali ke arah awalan, setelah melompat
-Mendarat luar bak lompat
6. Yuri mengangkat bendera merah apabila pelompat gagal atau diskualifikasi
7. Yuri mengangkat bendera putih jika lompatan benar.
Siip? LIKE :)

ukuran lapangan takraw

Dalam membuat lapangan bulu tangkis alias badminton yang baik harus sesuai dengan standar internasional yang luasnya berbeda antara pertandingan partai ganda dengan partai tunggal.
A. Partai Tunggal / Satu Pemain / 1 on 1
- Panjang = 11,88 meter
- Lebar = 5,18 meter
- Luas = 61,5384 meter persegi
- Tinggi Tiang Net = 1,55 meter
- Tinggi Atas Net = 1,52 meter
- Jarak Net Ke Garis Service = 1,98 meter
- Jarak Garis Service ke Sisi Lapangan Luar = 3,96 meter
B. Partai Ganda / Dua Pemain / 2 on 2
- Panjang = 13,40 meter
- Lebar = 6,10 meter
- Luas = 81,74 meter persegi
- Tinggi Tiang Net = 1,55 meter
- Tinggi Atas Net = 1,52 meter
- Jarak Net Ke Garis Service = 1,98 meter
- Jarak Garis Service ke Sisi Lapangan Luar = 4,72 meter
Siip? LIKE :)

ukuran lapangan tenis meja

Dalam membuat lapangan tennis meja yang baik harus sesuai dengan standar internasional baik meja pertandingan maupun jaring net yang digunakan.
A. Ukuran Meja Tenis Meja
- Panjang = 274 cm
- Lebar = 152,5 cm
- Tebal garis sisi = 2 cm
- Tinggi meja dari lantai lapangan = 76 cm
- Luas = 4,1785 meter persegi

B. Tiang Net dan Jaring Net
- Panjang Net = 183 cm
- Lebar / Tinggi Net = 15,25 cm
- Jarak Meja Ke Tiang = 15,25 cm
- Luas Net = 0,279075 meter persegi

Di pinggir dan di tengah meja diberi garis. Umumnya warna dasar meja tenis meja adalah warna hijau dan untuk garis adalah putih. Tenis Meja = Table Tennis (internasional).

Siip? LIKE :)

ukuran lapangan futsal

Ukuran:
Lapangan Futsal berbentuk persegi panjang, dengan ukuran sebagai berikut:
* Panjang: 25 – 42 m.
* Lebar: 15 – 25 m.
Ukuran standar pertandingan futsal internasional:
* Panjang: 38 – 42 m.
* Lebar: 18 – 25 m.
Tanda Lapangan:
  1. Lapangan ditandai dengan garis pembatas lapangan. Garis yang berukuran lebih panjang disebut garis samping (touch line), sedang garis yang lebih pendek adalah garis gawang (goal line).
  2. Lebar garis pembatas 8 cm.
  3. Lapangan dibagi menjadi dua bagian yang sama luas dan diberi garis. Garis ini disebut garis tengah.
  4. Titik tengah ditandai dengan titik tepat di tengah lapangan, lalu garis melingkar dibuat dengan titik pusat di titik tengah tersebut dengan jari-jari lingkaran 3 m.
Area Penalti
Daerah di depan gawang yang ditandai dengan garis setengah lingkaran disebut daerah penalti. Penentuan areal penalti adalah:
  • Dibuat dua garis seperempat lingkaran berjari-jari 6 m di dalam lapangan dengan titik pusat setiap tiang gawang.
  • Satu ujung tiap garis seperempat lingkaran menempel di garis gawang. Satu ujung yang lainnya tepat berada di depan setiap tiang gawang. Kedua ujung yang berada di depan kedua tiang gawang dihubungkan dengan garis lurus sepanjang 3,16 m sejajar dengan garis gawang. Mengapa harus 3,16 m? Karena 3,16 m ini didapat dari jumlah lebar gawang dan diameter ketebalan dua buah tiang gawang, yang masing-masing diameternya 8 cm.
Titik Penalti Pertama:
Posisinya berjarak 6 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang.
Titik Penalti Kedua:
Posisinya berjarak 10 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang.
Daerah Tendangan Sudut
Di setiap masing-masing sudut lapangan dibuat seperempat lingkaran dengan jari-jari 25 cm.
Daerah Bebas
Daerah bebas ini terletak di lima meter sekeliling garis tengah lapangan. Daerah ini harus bebas pandangan ke lapangan, karena di sisi luar daerah bebas ini terdapat meja wasit ketiga dan pencatat waktu. Jarak meja wasit ketiga ini minimal dua meter dari garis tepi lapangan.
Daerah Pergantian Pemain
Lima meter setelah garis daerah bebas adalah daerah pergantian pemain. Daerah ini ditandai dengan garis yang memotong garis samping. Lebar garis ini adalah 8 cm, dan panjangnya 80 cm (40 cm di dalam lapangan, 40 cm di luar lapangan).
Gawang
Gawang harus ditempatkan di bagian tengah masing-masing garis gawang. Lebar gawang adalah 3 m diukur dari bagian dalam tiang. Sedangkan tinggi gawang adalah 2 m diukur dari bagian dalam tiang palang atas gawang ke lantai.
Bentuk penampang tiang yang diperbolehkan adalah kotak dan lingkaran, namun bentuk penampang lingkaran lebih dianjurkan, karena selain relatif lebih aman jika terjadi benturan juga pantulan bola dengan tiang penampang bundar lebih menghasilkan arah yang akurat.
Jaring gawang berbahan nilon, yang diikatkan ke tiang dan palang gawang. Kedalaman gawang adalah 80 cm untuk bagian atas gawang, dan 100 cm untuk bagian bawah.
Permukaan Lapangan
Permukaan lapangan harus halus, rata dan tidak licin. Bahan yang disarankan adalah kayu / parkit. Sangat tidak disarankan menggunakan bahan beton dan paving stone. Pemilihan bahan permukaan lapangan ini bertujuan mengutamakan keselamatan pemain futsal.
Ketetapan:
  1. Jika garis gawang antara 15-16 m, radius seperempat lingkaran hanya diukur sebesar 4 m. Dalam hal ini titik penalti tidak lagi ditempatkan pada garis yang dibatasi daerah penalti, tapi berada pada jarak 6 m dari titik tengah antara posisi kedua tiang gawang.
  2. Garis dapat digambarkan di luat lapangan, 5 m dari sudut lapangan dan pada sudut kanan dan kiri dari garis gawang untuk memastikan jarak ini dapat diamati bila tendangan sudut dilakukan. Lebar garis ini 8 cm.
  3. Dua garis tambahan dengan masing-masing jarak 5 m pada kanan dan kiri titik penalti kedua untuk menggambarkan jarak pengamatan ketika tendangan bebas dilakukan dari titik penalti kedua.
  4. Tempat duduk pemain cadangan berada di belakang garis pembatas lapangan, tepat di samping daerah bebas yang berada di depan meja pencatat waktu (time keeper).

Siip? LIKE :)

ukuran lapangan sepak bola

Sepak bola adalah olahraga paling digemari di seluruh dunia. Hampir semua orang menyukai sepak bola.
Selain karena menyajikan permainan menarik dan menghibur, sepak bola juga merupakan bahasa universal yang dipahami hampir semua orang.
Sebagai olahraga paling digemari, tentu saja ada beberapa unsur penting dalam sepak bola, salah satunya adalah lapangan.
Lapangan sepak bola sangat berpengaruh dalam jalannya setiap pertandingan. Seringkali terjadi protes dari sebuah tim kesebelasan dikarenakan kondisi lapangan sepak bola yang tidak mendukung.
Lalu, idealnya, berapakah ukuran lapangan sepak bola yang resmi dari FIFA (federasi sepak bola dunia)? Berikut ukuran lapangan sepak bola secara rinci.

  • Bentuk
Lapangan sepak bola berbentuk persegi panjang, dengan perbandingan panjang dan lebar sama dengan dua banding satu (P x L = 2:1), atau kurang sedikit. Sebagai contoh, misalnya panjang lapangan sepak bola tersebut adalah 90 meter, maka  lebarnya harus berkisar 45 meter atau tidak lebih dari 55 meter.

  • Panjang
Panjang lapangan sepak bola antara 90 meter (minimal) sampai 120 meter (maksimal).

  • Lebar
Lebar lapangan sepak bola antara 45 meter (minimal) sampai 90 meter (maksimal).

  • Ukuran Gawang
Gawang dalam permainan sepak bola berbentuk persegi panjang dengan perbandingan 3:2. Ukuran ideal yang dilansir FIFA adalah lebarnya 7,3 meter dengan tinggi 2,4 meter.

  • Area/ Kotak Penalti
Kotak penalti adalah area penjaga gawang bebas menyentuh bola dengan tangan. Kotak penalti adalah daerah rawan. Jika pemain lawan dilanggar dalam kotak penaltinya sendiri, maka tim lawan akan mendapat hadiah penalti, yaitu tentangan bebas berjarak 11 meter.
Pemain penendang hanya akan berhadapan dengan seorang penjaga gawang. Ada dua kotak penalti dalam lapangan sepak bola, yaitu:
  • kotak penalti kecil (6-yard box)
Kotak penalti kecil adalah area penjaga gawang yang mempunyai kekuasaan mutlak dan tidak boleh diganggu oleh pemain lawan. Kotak penalti kecil ini berada dalam kotak penalti besar dan berbentuk persegi panjang. Ukurannya adalah panjang 18 meter dengan lebar 5,5 meter.
  • kotak penalti besar (18-yard box)
Kotak penalti besar adalah area rawan, karena jika pemain lawan dilanggar dalam kotak penaltinya sendiri, maka tim lawan akan mendapat hadiah penalti. Panjangnya adalah 40-45 meter dengan lebar 16-19 meter.

  • Garis Lingkaran Tengah (Kick Off Area)
Garis tengah lapangan sepak bola berdiameter 9,15 meter. Garis lingkaran tersebut berada tepat di tengah lapangan. Di tengah lingkaran tersebut terdapat titik yang digunakan pemain untuk memulai kick off.
Itulah ukuran lapangan sepak bola yang sesuai dengan standar FIFA. Apakah lapangan di sekitar Anda sudah sesuai dengan aturan resmi FIFA?

Siip? LIKE :)

sejarah nola voli

Pada awal penemuannya, olahraga permainan bola voli ini diberi nama Mintonette. Olahraga Mintonette ini pertama kali ditemukan oleh seorang Instruktur pendidikan jasmani (Director of Phsycal Education) yang bernama William G. Morgan di YMCA pada tanggal 9 Februari 1895, di Holyoke, Massachusetts (Amerika Serikat).

Untuk pertama kalinya dalam sejarah perbolavolian Indonesia, PBVSI telah dapat mengirimkan tim bola voli yunior Indonesia ke kejuaraan Dunia di Athena Yunani yang berlangsung dari tanggal 3-12 september 1989. tim bola voli yunior putra Indonesia ini dilatih oleh Yano Hadian dengan dibantu oleh trainer Kanwar, serta pelatih dari Jepang Hideto Nishioka, sedangkan pelatih fisik diserahkan kepada Engkos Kosasih dari bidang kepelatihan PKON (pusat kesehatan olahraga nasional) KANTOR MENPORA. Dalam kejuaraan dunia bola voli putra tersebut, sebagai juaranya adalah Brazil.
Siip? LIKE :)

bu guru pusing

Add caption
Kelas yang tadinya ribut, kini menjadi sunyi setelah guru bahasa indonesia yang paling ditakuti masuk ke ruang kelas. Wajahnya seperti sumanti (temannya sumanto) yang sedang mencari mangsa. :10

Murid-Murid : "Selamat pagi bu guru.."

Bu Guru : "Kenapa bilang selamat pagi saja? Kalau begitu siang, sore dan malam kalian mendoakan ibu tidak selamat ya?" (dengan suara sedikit teriak)

Murid-Murid : "Selamat pagu, siang, sore, malam Bu Guruuu.."

Bu Guru : "Kenapa panjang sekali? Tidak pernah orang mengucapkan salam seperti itu! katakan saja selamat sejahtera, kan lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliputi semua masa dan keadaan."

Murid-Murid : "Selamat sejahtera bu guruuuuuuu..!!"

Bu Guru : "Sama-sama. duduk! Dengar baik baik! Hari ini ibu mau menguji kalian semua tentang lawan kata atau antonim kata. Kalau ibu sebutkan perkatannya, kalian semua harus cepat menjawab dengan lawan katanya, mengerti?"

Murid-murid : "Mengerti Bu Guru.."

(pelajaran lawan kata dimulai..)

Bu Guru : "Pandai!"

Murid-Murid : "Bodoh!"

Bu Guru : "Tinggi!"

Murid-Murid : "Rendah!"

Bu Guru : "Jauh!"

Murid-Murid : "Dekat!"

Bu Guru : "Barjaya!"

Murid-Murid : "Menang!"

Bu Guru : "SALAH ITU!"

Murid-Murid : "BETUL INI!"

Bu Guru : (geram) "Bodoh!"

Murid-Murid : "Pandai!"

Bu Guru : "Bukan!"

Murid-Murid : "Ya!"

Bu Guru : (mulai pusing) "Oh tuhan..!"

Murid-Murid : "oh hamba..!"

Bu Guru : "Dengar ini!"

Murid-Murid : "Dengar itu!"

Bu Guru : "Diam!!!"

Murid-Murid : "Ribut!!!"

Bu Guru : "itu bukan pertanyaan Bodoh!!!"

Murid-Murid : "ini adalah jawaban, pandai!!!"

Bu Guru : "Mati aku!"

Murid-Murid : "Hidup kami!"

Bu Guru : "Saya rotan baru tahu rasa!!"

Murid-Murid : "Kita akar lama tak tahu rasa!!"

Bu Guru : "Malas aku ngajar kalian!"

Murid-Murid : "Rajin kami belajar Bu Guru!"

Bu Guru : "Kalian gila semua!!!"

Murid-Murid : "Kami waras sebagian!!!"

Bu Guru : "Cukup..! Cukup..!!"

Murid-Murid : "Kurang..! KUrang..!!"

Bu Guru : "Sudah! Sudah!"

Murid-Murid : "Belum! Belum!"

Bu Guru : "Mengapa kalian semua bodoh sekali?"

Murid-Murid : "Sebab saya orang pandai!"

Bu Guru : "Oh! Melawan ya??!!"

Murid-Murid : "Oh! Mengalah tidak??!!"

Bu Guru : "Kurang ajar!"

Murid-Murid : "Cukup ajar!"

Bu Guru : "Habis aku!"

Murid-Murid : "Kekal kita!"

Bu Guru : (putus asa) "O.K Pelajaran Sudah Habis!"

Murid-Murid : "K.O pelajaran belum mulai!"

Bu Guru : "Sudah, bodoh!"

Murid-Murid : "Belum, pandai!"

Bu Guru : "Berdiri!!"

Murid-Murid : "Duduk!!"

Bu Guru : "Bego Kalian Ini!"

Murid-Murid : "Cerdik kami itu!"

Bu Guru : "Rusak!"

Murid-Murid : "Baik!"

Bu Guru : "Kamu semua ditahan siang hari ini!!!"

Murid-Murid : "Aku sebagian dilepaskan malai hari itu!!!"

Muka Bu Guru merah padam, tanpa bicara lagi, mengambil buku-bukunya dan keluar ruangan. Murid-murid bangga karena merasa dapat menjawab pertanyaan tadi... :13 :13
Siip? LIKE :)

Rabu, 19 Januari 2011

PASUKAN BERGAJAH


KEMBALI kita kepada Raja Zu Nuwas, raja Yaman yang fanatik Yahudi, yang memerintah negeri yang makmur dan kayaraya, yang telah melenyapkan penduduk Najran di dalam lobang
bunuhan, kerana penduduk itu menganut agama Nasrani yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s.
Rupanya ada seorang lelaki penduduk Najran yang dapat meloloskan diri dari pembunuhan kejam itu. Orang ini dapat lari dan meminta pertolongan kepada raja Rum, atas nasib penduduk Najran yang beragama Nasrani yang telah mengalami nasib buruk itu.
Kerana letaknya Yaman terlalu jauh dari kerajaan Rum (Syam) maka raja Rum menganjurkan kepada orang itu untuk minta bantuan raja Habsyah (Ethiopia sekarang), kerana raja itu memang kuat dan beragama Nasrani pula. Raja Rum lalu menulis surat kepada raja Habasyah. Surat itu dibawa oleh orang itu sendiri menuju negeri Habsyah.
Sesudah Najasyi (Nagus, raja Habsyah) membaca surat raja Rum itu, dia lalu mendoa kepada Allah, mudah-mudahan Allah s.w.t. memberkati arwah penduduk Najran yang penuh iman dan taqwa itu. Doa ini diucapkannya dengan airmata yang berlinang-linang, terharu sangat atas nasib penduduk Najran yang tabah dan sabar itu.
Raja Najasyi tidak dapat menahan sabarnya terhadap Raja Zu Nuwas Yahudi yang ganas itu. Dia ingin membalas dendam, demi untuk kepentingan agama dan ummat Nasrani seluruhnya. Tentera besar lalu disiapkannya, dikirim langsung menuju Yaman untuk membalas kekejaman dengan kekejaman pula.
Pertempuran hebat lalu terjadi antara tentera Habsyah di bawah pimpinan Raja Najasyi, melawan tentera Yaman di bawah pimpinan Raja Zu Nuwas. Tentera Yarnan dapat dikalahkan, negara Yaman seluruhnya jatuh di bawah kekuasaan Habsyah.
Raja Habsyah (Najasyi) lalu mengangkat Abrahah menjadi gabenor di Yaman. Penduduk Yaman yang fanatik Yahudi itu dikristenkan seluruhnya.
Jauh di sebelah utara negeri Yaman, ada sebuah kota tua yang bersejarah, iaitu Kota Makkah, dimana terdapat sebuah Rumah Tuhan, Kabah namanya. Satu Rumah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail beberapa abad yang silam. Ke sanalah ummat manusia Arab dari berbagai-bagai negeri datang saban tahun berkumpul menunaikan haji untuk menyembah Tuhan mereka yang terdiri dari patung-patung batu yang mereka tancapkan di sekitar Kabah itu. Tidak sedikit pula tiap tahun penduduk Yaman sendiri datang ke sana berkumpul dan berhaji, menurut haji jahiliah itu.
Dengan kedatangan ummat manusia yang banyak itu saban tahun, maka negeri Makkah itu menjadi ramai dan bangsa Quraisy yang menguasai Rumah Tuhan (Kabah) itu, makin terhormat dan mendapat penghidupan yang layak pula. Lalu timbul niat buruk di hati Abrahah, iaitu agar dengan menjalankan pengaruhnya yang besar dia akan membelokkan ummat manusia itu jangan lagi datang ke Makkah saban tahun, tetapi hendaknya datang ke Yaman saja untuk menunaikan haji itu. Untuk ganti Kabah di Makkah, lalu dia mendirikan gereja besar di kota San'a, ibukota negeri Yaman ketika itu dan kepada gereja besar itulah ummat manusia dianjurkannya menunaikan haji saban tahun. Dengan jalan begitu, orang-orang itu dapat ditariknya ke dalam agama Nasrani dan kedatangan manusia yang banyak itu akan menambah kemakmuran negerinya sendiri. Gereja besar itu dibuatnya sebaik-baiknya, dihiasi dengan berbagai-bagai ukiran yang menarik hati penuh dengan perkakas yang berharga.
Sungguhpun begitu, tidak seorang juga di antara manusia bangsa Arab yang mahu menunaikan haji ke gereja besar Sana itu, sekalipun sudah hebat dianjurkan dan diperintahkan oleh raja besar pula. Hati mereka terus tertambat ke Kabah yang ada di kota Makkah, sekalipun Kabah itu tidak begitu menarik mata tampaknya, malah tidak mempunyai perhiasan-perhiasan yang mewah-mewah. Entah kerana fanatik kejahiliahan, entah kerana lain hal, kerana makbul-nya doa Nabi Ibrahim dan Ismail ketika meletakkan batu pertama buat pembikinan Kabah itu: "Ya, Allah," doa Ibrahim. "Jadikanlah hati manusia tertarik ke Kabah ini dan berilah penduduknya rezeki yang merupakan buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada Engkau."
Alangkah marahnya hati Abrahah dan bangsa Yaman sendiri setelah terbukti, bahawa tidak seorang juga bangsa Arab yang mahu merobah Kabah mereka ke Yaman. Kerana marahnya itu, Abrahah lalu bersumpah akan menuntuhkan Kabah yang ada di kota Makkah dengan kekuatan senjata yang ada padanya. Bila Kabah itu sudah diruntuhkan fikirnya, terpaksa semua bangsa Arab akan datang ke Yaman, ke gereja besar yang sudah disediakannya itu untuk menunaikan haji.
Abrahah lalu mempersiapkan tentera yang besar jumlahnya dengan berkenderaan gajah. Pasukan ini lalu berangkat menuju ke kota Makkah untuk meruntuhkan Kabah.
Setelah orang-orang Arab mendengar berita ini, berita raja Habsyah akan datang dengan tentera besar yang semuanya berkenderaan gajah untuk meruntuhkan Ka'bah, Rumah Suci yang mereka hormati dan akan merusakkan semua berhala-berhala mereka yang bergantungan di dalamnya; mereka bersiap untuk mempertahankannya dengan segala kekuatan yang ada padanya.
Tetapi sebentar saja, mereka semuanya terpaksa menyerah ditawan oleh pasukan Abrahah, memang kerana mereka kekurangan tenaga dan kekuatan persenjataannya.
Perlawanan mereka yang sudah patah ini, disusul pula oleh perlawanan lainnya dari bangsa Arab juga, tetapi mereka pun mengalami nasib yang sama, sama-sama ditawan dan tidak dapat berbuat apa-apa terhadap pasukan Abrahah yang kuat serta ramai itu.
Sebaliknya, Abrahah menjadi bertambah membusungkan dada dengan kemenangan-kemenangannya yang gilang-gemilang itu. Pasukannya terus maju menuju Makkah dan semakin dekat mereka ke kota Makkah, semakin jelas sifat takabur mereka.
Sebelum memasuki daerah kota Makkah, Abrahah memerintahkan pasukannya berhenti duhulu, kerana dia mahu mengirimkan surat seruan terhadap penduduk Makkah. Dalam surat itu penduduk Makkah diperintahkan tunduk dan mengalah saja dan membiarkan pasukannya masuk meruntuhkan Kabah itu, sambil Abrahah mencari penunjuk jalan untuk mendapatkan jalan yang aman menuju ke pusat kota Makkah.
Di dekat kota Taif, di desa yang bernama Mugammas, Abrahah dengan diiringkan pengawalnya, lalu keluar-masuk daerah Tihamah, dimana Abrahah merampas semua kekayaan bangsa Quraisy yang tinggal di desa itu. Dua ratus ekor unta kepunyaan Abdul Muttalib Bin Hasyim (nenek Muhammad s.a.w.) turut dirampasnya pula, sedangkan Abdul Muttalib ini adalah seorang yang paling terhormat dipandang bangsa Qunaisy, kerana dialah yang memegang kunci dan menjadi pengawas Rumah Suci Kabah itu.
Kejadian yang tidak tahu adat ini, sangat menerbitkan kekegoncangan dan kemarahan yang memuncak di kalangan bangsa Quraisy. Mereka banyak yang ingin membunuh Raja Abrahah ketika itu juga. Tetapi apa daya, kekuatan yang ada padanya tidak memungkinkan untuk melancarkan perlawanan, mereka hanya tinggal mengurut dada menahan marah di hatinya.
Seluruh bangsa Quraisy yang menjadi penduduk Makkah geram dan marah bukan kepalang. Tiba-tiba datanglah seorang utusan Abrahah membawa sepucuk surat, dimana dinyatakan bahawa Abrahah ingin bertemu dengan ketua (Samyid) kota Makkah sendiri.
Abdul Muttalib Bin Hasyim datang menemui utusan sebagai Kepala Makkah, pemimpin rakyat Quraisy dan onang yang bertanggungjawab terhadap Ka'bah. Utusan itu segera berkata kepadanya: "Raja Abrahah berpesan kepada tuan bahawa raja bukan datang untuk memerangi bangsa Quraisy, tetapi hanya untuk meruntuhkan rumah Kabah saja. Kalau tuan dan bangsa Quraisy tidak menghalangi maksudnya itu, maka tidak akan terjadi pertumpahan darah dan raja memesan supaya tuan datang menemuinya."
Abdul Muttalib menjawab: "Demi Allah, kami tidak akan memerangi kamu, sebab tidak ada kekuatan bagi kami untuk berperang."
"Kalau begitu mari kita menghadap raja," kata utusan itu mengajak Abdul Muttalib.
Utusan itu dengan diiringkan Abdul Muttalib dan beberapa pemuka dan pembesar Quraisy berjalan bersama-sama menuju perkemahan tentera Abrahah untuk bertemu dengan Abrahah. Oleh utusan itu, Abdul Muttalib diperkenalkan kepada Abrahah:
"Inilah ketua bangsa Quraisy. Sifatnya pemurah dan kasihsayang terhadap sesama manusia, selalu mengorbankan hartanya untuk orang-orang yang terlantar, sifatnya tenang dan segenap bangsa Quraisy hormat dan tunduk kepadanya."
Abdul Muttalib diperlakukan sebagai tetamu terhonmat. Raja Abrahah berkenan duduk bersama-sama Abdul Muttalib di atas sebuah tikar dan bercakap-cakap. Dalam percakapan itu Abdul Muttalib hanya minta, agar semua untanya yang telah dirampasnya dikembalikan kepadanya.
Mendengar permintaan itu, Abrahah menjadi hairan dan berkata: "Kami datang untuk meruntuhkan Kabah, kenapa engkau hanya membicarakan tentang dua ratus ekor unta saja, sedangkan agama dan Kabah yang engkau puja itu engkau lupakan?"
Abdul Muttalib menjawab: "Saya ini hanya tuannya unta-unta itu, adapun Kabah itu ada tuannya sendiri yang akan memeliharanya."
"Kalau begitu engkau tidak akan menghalang saya?" tanya Abrahah pula.
"Itu adalah urusan tuan dengan tuan Kabah itu sendini," jawab Abdul Muttalib pula.
Untuk menyenangkan hati Abdul Muttalib, semua unta yang dirampas itupun dikembalikan semuanya. Mendengar itu, datanglah utusan dari suku bangsa Tihamah, meminta agar semua hartabenda Tihamah yang dirampas itupun dikembalikan pula kepada bangsa Tihamah, tetapi permintaan ini tidak didengar oleh Abrahah, ditolaknya mentah-mentah, sehingga bangsa Tihamah kembali dengan tangan hampa dan geram hati.
Abdul Muttalib menasihatkan kepada Abrahah, agar tentera Abrahah menempuh jalan ke lereng gunung dalam memasuki kota Makkah, kerana jalan itulah yang paling aman dari gangguan manusia.Hari sudah mulai malam yang gelap-gulita. Di malam itulah tentera Abrahah akan memasuki kota Makkah untuk menghancurkan Kabah. Keadaan penduduk kota Makkah mulai panik, Abdul Muttalib kembali ke kota; dilihatnya semua penduduk kecil-besar, laki-laki perempuan sudah sibuk mengungsi, dengan membawa semua barang-barang dan binatang ternak, menghindarkan diri dari bahaya yang mungkin timbul. Terdengarlah tangis anak-anak bayi yang sedang digendung ibunya, bunyi dan jeritan kambing dan unta yang dikerahkan mengungsi bersama-sama, sedu-sedan perempuan-perempuan dan orang-orang yang sudah tua-tua.
Abdul Muttalib dengan diiringkan para cerdik-cendekianya, menuju ke Kabah untuk mengucapkan doanya. Setelah mereka masing-masing mencium Kabah serta mendoa agar Allah memelihara Kabah dari bencana tentera bergajah Raja Abrahah. Mereka meninggalkan Kabah dengan airmata yang berlinang-linang, menuju ke puncak sebuah bukit, untuk menyaksikan kejadian selanjutnya. Setelah kota Makkah sunyi sepi dari penduduk yang sudah sama mengungsi itu, maka tentera Abrahah mulai bergerak untuk memasuki kota Makkah yang terbuka itu dengan semangat yang menang perang, riuh gembira, sombong dan congkak tidak terhingga. Masing-masing dengan kenderaan gajah yang besar-besar, berbaris pasukan demi pasukan.
Tiba-tiba Allah mengutus burung-burung Ababil, yang datang pasukan demi pasukan pula. Masing-masing burung itu membawa batu kecil yang bernama Sijjil dengan paruhnya. Batu-batu kecil itu oleh burung-burung itu dijatuhkan tepat mengenai kepada masing-masing pasukan bergajah. Hasilnya bukan hanya luka parah, tetapi pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya menjadi hancur dan lumat selumat-lumatnya, laksana rumput yang dikunyah sapi. Bertebaran daging dan tulang mereka di atas tanah, tidak seorang pun yang terluput dari bahaya maut.
Melihat kejadian yang luarbiasa itu, Abrahah mulai takut, lalu kembali melarikan diri, pulang menuju Sana dimana dia lalu mati kerana luka yang dideritanya dalam perang ajaib itu.
Kota Makkah terpelihara dari bahaya bencana, begitu pula Kabah yang mulia itu; bahkan sampai sekarang pun belum pernah Kabah itu dapat dirusakkan oleh tentera negeri manapun.
Kejadian hebat dan ajaib itu, menjadi tahun sejarah yang pertama bagi seluruh bangsa Arab dan di tahun itu pulalah tydak lama kemudian di kota Makkah itu lahir seorang Manusia suci, Nabi Muhammad s.a.w. Kejadian itu adalah tanda dan hikmat kelahiran Nabi mulia ini pula. Dengan lahirnya Nabi Muhammad itu nanti, Kabah tetap menjadi Rumah Suci dengan erti yang sebenarnya sampai sekarang dan sampai hari kiamat nanti.
Ke sanalah ummat manusia Islam dari berbagai negeri jauh dan dekat, berbagai bangsa dan warna kulit berkumpul saban tahun, untuk menunaikan ibadat haji mereka sebagai yang diperintahkan Allah. Dari tahun ke tahun, dari abad ke abad, makin banyak juga orang yang datang ke sana, bukan makin sedikit, bahkan lebih banyak dari pengunjung-pengunjung kota-kota Washington, London, kota Paris, Moscow dan lain-lain.
Lain dan beda sekali maksud kunjungan orang-orang ke kota-kota Washington, London, Paris dan Moscow dari maksud kunjungan orang ke kota Makkah saban tahun, sebagai perbedaan malam dengan siang.

Siip? LIKE :)

ISKANDAR ZULKARNAIN

Dia dilahirkan diMacedonia. Kepadanya dikurniakan Allah otak yang pintar, fikiran yang panjang dan berbagai-bagai ilmu pengetahuan: Ilmu perang, ilmu politik dan ilmu teknik dan kimia.
Dari semenjak dia masih kecil, hatinya sudah tidak enak melihat perang yang selalu timbul antara Timur (Kerajaan Persia) dengan Barat (Kerajaan Rum). Perang yang tidak henti-hentinya dan tahun ke tahun, malah dari abad ke abad, yang telah menewaskan ribuan manusia dan merosakkan bumi, menghancurkan banyak harta benda.
Untuk menghindarkan perang antara Timur dengan Barat yang sudah bertradisi ini, dia ingin mendirikan sebuah kerajaan besar yang meliputi Timur dan Barat.
Padanya terdapat segala syarat untuk menyampaikan. maksud dan tujuan hidupnya yang maha besar itu. Selain dia seorang yang baik, berakhlak yang tinggi, berilmu pengetahuan tentang ketenteraan, tentang pemerintahan dan teknik, akan dapat membawa dia sampai dipantai cita-citanya.
Mula-mula sekali dengan tenteranya yang lengkap kuat, dia menuju ke Barat (Maghribi atau Moroko), tempat terbenamnya matahari. Disitu dilihatnya matahari itu terbenam dimatair yang bertambah hitam, iaitu Lautan Atlantik sekarang ini.
Disitu didapatinya satu bangsa yang terlalu engkar dan kafir, hebat sekali kerosakan dan kejahatan yang ditimbulkan bangsa itu. Bukan saja merosakkan permukaan bumi dan mengacaukannya, tetapi juga sudah menjadi tabiat mereka suka membunuh orang-orang yang tidak bersalah sekalipun.
Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar Zulkarnain menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam. Apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan atau akan dibiarkan begitu saja?
Tuhan menyuruh Iskandar Zulkarnain membuat pilihan salah satu diantara dua tindakan: Digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka selama ini atau diajar dan dididik dengan propaganda, agar mereka kembali kepada kebenaran dan meninggalkan segala kejahatan.
Akhirnya Iskandar Zulkarnain memutuskan akan menggempur mereka yang derhaka dan jahat sehebat-hebatnya dan membiarkan serta melindungi orang-orang yang baik diantara mereka. Pada bangsa itu, Iskandar Zulkarnain lalu mengucapkan kata-katanya yang ningkas: Siapa yang aniaya, akan kami seksa dan dikembalikan kepada Tuhan agar Tuhan memberi seksa yang lebih hebat lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik, akan kami lindungi serta diberi ganjaran-ganjaran dan kepadanya kami hanya akan perintahkan kewajipan-kewajipan yang ringan saja.
Tenteranya segera bergerak, menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang yang baik. Akhirnya negeri itu dapat diamankan dan ditenteramkan, serta diatur sebaik-baiknya, penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur.
Kerana kewajipannya terhadap bangsa dan negeri itu sudah selesai, Iskandar Zulkarnain dengan tenteranya lantas menuju ke arah Timur (India). Dilihatnya matahari terbit atas bangsa yang masih hidup telanjang (Bangsa Hindustan).
Bangsa dan negeri itupun dapat ditaklukkannya, diamankan dan ditenteramkannya, serta diatur sebaik-baiknya sehingga setiap orang dapat merasakan hidup aman dan tenteram, bahagia dan
senang pula. Bangsa itu dapat dikeluarkannya dari lembah kesesatan dan kejahilan.
Selesailah sudah kewajipannya terhadap negeri dan bangsa itu. Ia lalu menuju ke utara, ke negeri Armenia melalui Persia dan Azerbaijan. Dengan kemenangan demi kemenangan yang dicapainya selama dalam perjalanan itu, akhirnya dia sampai ditempat yang ditujui. Didapatinya di situ satu bangsa yang hidup antara dua buah gunung, iaitu Gunung Armani dan Gunung Azerbaijan. Iskandar Zulkarnain tidak mengerti akan bahasa yang dipakai bangsa ini.
Bangsa ini didapatinya hidup selalu dalam ketakutan dan kekhuatiran, kerana negeri mereka berbatasan dengan bangsa Yajuj dan Majuj yang terkenal kejam dan kuatnya. Bukan sekali-dua kali saja tetapi sering sekali bangsa Yajuj dan Majuj itu datang menyerang mereka, menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh siapa saja yang dijumpainya.
Kedatangan Iskandar Zulkarnain ini, mereka sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, kerana mereka tahu bahawa Iskandar Zulkarnain adalah raja yang terkuat dan raja yang seadil-adilnya dimuka bumi ini.
Kepada Iskandar Zulkarnain dimintanya pertolongan, untuk melindungi diri mereka dari serangan Yajuj dan Majuj. Mereka memohon agar antara negeri mereka dengan negeri Yajuj dan Majuj diadakan dinding raksasa yang tidak dapat ditembusi dan untuk keperluan ini, mereka sanggup membayar upah dan kerugian kepada Iskandar Zulkarnain.
Mendengar permohonan ini, Iskandar Zulkarnain menjawab: Saya tidak mengharapkan upah dari kamu. Nikmat dan pemberian Tuhanku adalah lebih berharga dari upah itu. Hanya kepadamu saya minta kaum pekerja dan alat-alatnya, besi, tembaga, arang batu dan kayu.
Setelah semua itu terkumpul, Iskandar Zulkarnain mulai bekerja dengan pentolongan para pekerja. Mula-mula dinyalakan api dengan kayu dan arang batu, diambilnya besi, lalu dihancurkannya dengan api itu. Kepada hancuran besi itu dituangkannya tembaga, sehingga menjadi satu dengan besi. Dengan bahan campuran inilah didirikannya dinding raksasa antara negeri itu dengan negeri Yajuj dan Majuj, dinding besi raksasa yang tidak dapat ditembus dan dilubangi oleh sesiapa.
Kepada bangsa itu Iskandar Zulkarnain lalu berkata: Dinding ini adalah rahmat dari Tuhan kepadamu, hanya Tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, bila dikehendakiNya.
Dengan jalan begitu, maka aman dan tenteramlah negeri itu. Setelah Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini
meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman
tenteram dan makmur.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya, berkat pertolongan Allah, kerana dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan
yang besar dan bahagia itu menjadi berpecah-belah, kerana perebutan kekuasaan para pengikutnya yang ditinggalkannya.
Iskandar Zulkarnain yang bererti raja Timur dan Barat, telah dapat mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan menjelma
lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur.
Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.

ASHABUL KAHFI (PENGHUNI GUA)

Sudah menjadi adat yang lazim bagi penduduk Upsus merayakan suatu hariraya, dimana mereka sama-sama menghiasi berhala-berhala dan patung-patung, lalu mereka berdiri disekitar patung-patung itu dengan riang gembira, sambil memuja-muja dan menyembahnya, bahkan memberikan korban-korban yang berharga kepada patung-patung dan berhala-berhala itu. Suatu adat kebiasaan yang tidak dapat dirobah dan dilanggar oleh siapa juga.
Tetapi ditengah-tengah golongan penduduk yang ramai itu, ada seorang pemuda termasuk golongan bangsawan dan mulia, tampaknya tidak begitu gembira ditengah-tengah semua orang yang sedang bergembira itu. Dia termenung seorang diri, jiwanya tampak gelisah.
Ketika semua orang sudah sama-sama menyembah kepada berhala-berhala yang dirayakan sebesar-besarnya itu, pemuda itu tampak keengganannya untuk menundukkan kepalanya. Tampak pula keraguan dan kebingungan hatinya untuk turut menyembah dan bersujud kepada batu-batu berhias itu.
Keraguan dan kebingungannya, segera berubah menjadi ketetapan hati untuk menyanggah apa yang dilihatnya itu. Akal dan fikirannya berontak rupanya, sehingga dia terpaksa keluar dari barisan orang ramai dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi,berjalan meninggalkan tempat perayaan besar itu untuk menjauhkan diri. Akhirnya dia berhenti dibawah sebatang pokok kayu, lalu melepaskan kelelahan fikirannya. Mukanya tampak merah padam, menunjukkan jiwanya yang sedang berontak keras.
Perasaan yang demikian itu rupanya tidak timbul dalam jiwa pemuda itu saja. Tidak lama sesudah dia tertunduk dibawah pokok kayu itu, ia disusul oleh seorang pemuda lain yang sebaya dengannya, sama-sama bangsawan kaumnya. Dia pun kerana jiwanya memberontak, tidak sudi lagi memuja dan memuji-muji batu itu. Dua orang pemuda ini segera disusul oleh seorang pemuda lainnya berturut-turut, sehingga mereka sekarang berjumlah tujuh orang.
Ketujuh pemuda ini segera berkenalan, mereka bercakap-cakap mengemukakan pendirian dan fikiran masing-masing. Ternyata kesemuanya mempunyai pendapat yang sama, fikiran yang bulat, sekalipun pada mulanya mereka tidak kenal-mengenal.
Mereka itu sepakat dan berjanji, tidak akan menyembah dan memuja patung-patung itu lagi, sebagai umumnya bangsa mereka sendiri. Lalu mereka menerawang ke alam yang luas, ke langit yang biru, ke matahari yang sedang bersinar, ke gurun yang luas tidak berpinggir itu.
Mereka berkeyakinan bahawa kesemuanya itu tentu ada yang menjadikan dan menguasai, iaitu Allah s.w.t. "Ya, Allah, inilah yang harus kita sembah," kata mereka.
Mereka bersumpah akan menyembah Allah dan akan memegang teguh agama mereka ini. Jiwa mereka mulai tenang kembali dan mereka sepakat pula akan menyembunyikan apa yang terkandung dalam jiwanya masing-masing itu, terhadap bangsanya yang masih sesat dan fanatik, takut kalau-kalau hal itu diketahui rajanya, yang pasti akan memaksa mereka untuk kembali ke agama yang sesat itu. Hal ini tak dapat mereka pertahankan, kerana mereka tidak ramai dan tidak mungkin kuat untuk melawannya.
Demikianlah beberapa waktu lamanya, mereka hidup diantara bangsanya, ke hulu sama ke hulu, ke mudik sama ke mudik, namun dalam jiwanya bertentangan seratus peratus. Tetapi bila pemuda-pemuda itu sedang seorang diri, masing-masing bersembahyang menyembah Allah s.w.t. berdoa dan bermunajat kepadaNya.
Pada suatu malam, ketujuh pemuda ini berkumpul disuatu tempat. Dalam pertemuan itu, salah seorang diantara mereka lalu berkata dengan berbisik: "Saudara-saudara, kelmarin saya mendengar khabar yang amat mengecewakan kita, bila benar orang yang membawa khabar ini, iaitu ada persiapan untuk merusakkan agama kita, serta membahayakan jiwa kita. Saya dengar, bahawa raja sudah mengetahui akan hal kita ini. Bukan main marahnya setelah dia mengetahui. Raja telah memutuskan akan menghukum kita dengan hukuman yang seberat-beratnya, bila kita tidak kembali dari agama kita ini. Saya khuatir sekali kerana menurut khabar itu juga, bahawa tindakan kejam terhadap kita itu akan dijalankan besok pagi dengan memanggil kita semua. Kalau kita benar-benar hadir dihadapan raja, sudah pasti kita akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Marilah kita fikirkan bersama apa yang harus kita jalankan."
Mendengar keterangan ini, lalu berkata pula yang lainnya: "Khabar ini sudah lama pula saya mendengarnya. Mula-mula saya kira hanya khabar bohong saja. Tetapi tanda-tanda semuanya
menunjukkan bahawa khabar itu benar-benar adanya. Nyata sudah, bahawa kita tidak akan dapat meninggalkan agama kita, sekalipun apa juga yang akan terjadi. Matahari timbul setiap pagi dan tenggelam setiap petang, menjadi bukti adanya Tuhan yang kita sembah. Segala yang ada ini menjadi bukti kebenaran yang kita sembah."
Sebelum dapat memutuskan apa-apa yang harus mereka lakukan, tiba-tiba mereka sudah didatangi pengawal diraja. Ketujuh pemuda itu digiring mengadap raja, diceraikan dari keluarganya masing-masing. Raja lalu berkata kepada mereka: "Kamu sudah mencuba menyembunyikan apa yang terkandung dalam hatimu masing-masing. Tetapi apa yang kamu sembunyikan itu sudah ku ketahui semuanya, baik yang lahir, mahupun yang batin. Kamu telah melemparkan agama raja dan agama rakyat, lalu menganut agama baru yang tidak ku ketahui bagaimana cara datangnya kepadamu.
"Aku mahu menghukum kalian dengan hukuman yang seberat-beratnya. Tetapi hukuman ini ku tangguhkan, memandang kehormatan keluarga dan kebangsawananmu sekalian.
"Aku memberi tempoh kepadamu sekalian untuk berfikir: Kamu harus kembali ke agama yang lama, iaitu agama raja dan agama rakyat, atau kamu akan dilihat orang ramai untuk digantung, dipenggal lehermu dan dibunuh mati."
Kepada masing-masing pemuda yang tujuh orang itu, diberikan Allah hati yang tetap, keimanan yang teguh; mereka lalu menjawab: "Ya raja, kami menyembah Tuhan kami ini bukan dengan meniru, tetapi sebagai penyelidikan dan pemikiran kami yang sedalam-dalamnya. Adapun orang ramai yang menyembah patung-patung itu adalah semata-mata dengan meniru saja, tidak dengan menjalankan akal dan fikirannya sedikit juga. Kalau kami kembali menyembah agama mereka, bererti kami menipu diri sendiri dan menipu raja pula. Sebab itu kami akan tetap memegang teguh agama kami ini, terserahlah kepadamu untuk menjalankan tindakan apa saja yang engkau kehendaki."
Raja lalu menjawab: "Janganlah kamu menjawab sekarang. Pulanglah dahulu, besok pagi datang lagi menghadap. Pilihlah salah satu di antara dua hal yang sudah ku kemukakan itu. Terserah kepadamulah untuk menentukannya."
Di saat itu juga mereka lalu bermusyawarah di salah suatu tempat yang agak jauh dari kota. Salah seorang lalu berkata: "Raja memang sudah tetap dengan keputusannya, kita pun sudah tetap pula dengan keputusan kita, iaitu dua putusan yang bertentangan. Kalau kita datang lagi esok, bererti kita menyerahkan jiwa kita untuk dicabut. Sebab itu guna mempertahankan agama kita marilah kita menyembunyikan diri dalam gua yang terletak di gunung itu. Sekalipun gua itu sempit dan gelap keadaannya, tetapi iman dapat melapangkan dada dan menenangi fikiran kita. Sebaliknya kita berada di alam yang lapang dan ditenangi oleh matahari, kita tidak merdeka beragama dan menyembah Tuhan kita. Marilah kita berhijrah ke sana dengan agama dan kepercayaan kita. Apa gunanya kita hidup di sini, dimana kita dipaksa beragama yang tidak sama dengan fikiran kita sendiri !"
Ketika itu juga mereka bersiap menyediakan bekalannya masing-masing, lalu berangkat meninggalkan kampung halaman dan keluarga masing-masing, menuju ke gunung yang jauh letaknya, ke gua sempit di tengah hutan. Mereka pergi tanpa senjata dan pengawal. Untung di tengah jalan mereka disusul oleh seekor anjing kepunyaan salah seorang di antara mereka. Anjing inilah yang menjadi penunjuk jalan menuju ke gua yang terpencil itu.
Setelah mereka memasuki gua itu, anjing itu tetap berdiri, di muka gua, berjaga dengan merentangkan kedua kakinya.
Di tepi gua itu mereka temui buah-buahan, lalu dimakannya dan ada pula sedikit air, lalu diminumnya. Setelah itu mereka duduk melepaskan lelahnya, setelah lama berjalan, mendaki dan menurun. Baru saja mereka sama-sama merebahkan dirinya untuk menenangkan perasaan letihnya, tiba-tiba mereka itu semuanya tertidur senyenyak-nyenyaknya.
Malam berganti siang, siang pun berganti malam, tahun berganti tahun dan abad berganti abad, sedang pemuda-pemuda itu tetap tidur dengan nyenyaknya. Mereka tidak mengetahui samasekali akan penggantian malam dengan siang, penggantian tahun, penggantian musim dan penggantian abad. Hujan dan angin taufan pun tidak mereka ketahui, begitu jua guruh dan petir tidak mereka dengar.
Dengan takdir Allah, jalannya matahari agak membelok sedikit, sehingga tepat di pintu gua tempat mereka bersembunyi itu. Dengan keadaan cahaya matahari yang sangat terik itu, mereka terbangun.
Tiga ratus sembilan tahun lamanya mereka tidur. Di kala terbangun itu keadaan mereka sudah jauh berubah. Mereka merasakan lapar yang bukan kepalang hebatnya, tetapi masing masing tidak mengetahui berapa lamanya mereka tertidur itu.
Salah seorang lalu berkata: "Saya menduga lama benar tidur kita ini. Cuba kamu katakan berapa lamakah gerangan?"
Seorang lagi lalu menjawab: "Berdasarkan letihnya badan dan laparnya perut kita, maka saya kira kita sekalian tertidur sehari lamanya."
Berkata pula orang yang ketiga: "Kita mulai tidur di waktu pagi dan itu matahari masih belum terbenam. Kalau begitu kita tidur hanya setengah hari sahaja."
Berkata pula yang keempat: "Apa gunanya kita bertengkar tentang lamanya tidur. Tuhanlah yang lebih mengetahui berapa lamanya kita tidur. Tetapi kerana saya terlalu lapar, sebab tidak makan dahulu sebelum berangkat, maka siapakah di antara kita ini yang mahu pergi ke kota (pasar) untuk membeli makanan? Inilah wangnya; tetapi harus berhati-hati jangan sampai diketahui orang atau raja, bahawa kita berada dalam gua ini, sebab sudah pasti raja dengan kakitangannya sedang mencari kita dimana mana."
Salah seorang dari mereka lalu keluar menuju ke pasar mencari makanan, dengan perasaan khuatir dan takut, akhirnya sampailah dia ke dalam kota Upsus, iaitu negerinya sendiri. Alangkah hairannya ia bahawa negeri itu benar-benar negeri Upsus. Tetapi segala pemandangan yang dilihatnya berubah semuanya. Berubah tanda tandanya, berubah bentuk rumah dan gedung-gedungnya. Banyak pula dilihatnya bekas gedung-gedung yang sudah tua yang sudah runtuh. Tiap-tiap orang lalu lalang diperhatikannya, seorang pun tidak ada yang dikenalinya. Dia berkata dalam hatinya: "Negeri ini seakan-akan negeri kami sendiri tetapi penduduknya bukanlah bangsa kami sendiri, jauh berbeza keadaan mereka ini."
Dia berjalan terpinga pinga, makin bertambah banyak juga tolehnya ke kiri dan ke kanan. Nyata kebimbangan dalam setiap langkahnya, sehingga setiap orang yang melihat kepadanya, dapat mengetahui bahawa dia adalah orang asing yang baru sekali melalui negeri ini. Salah seorang penduduk yang melihat akan keadaannya, lalu bertanya kepadanya: "Apakah engkau orang asing di negeri ini? Dari manakah asalmu dan apa yang sedang menggoda fikiranmu? Siapakah yang sedang kau cari?"
Mendengar pertanyaan itu, dia lalu menjawab: "Saya bukan orang asing. Saya sedang mencari makanan untuk saya beli, di manakah tempat orang menjual makanan?"
Orang itupun lalu membawanya ke tempat orang menjual makanan. Makanan diambilnya dan penghuni gua ini pun mengeluarkan wang yang ada dalam sakunya. Alangkah terkejut sipenjual makanan itu, setelah dilihatnya matawang yang dibayarkan pemuda itu, adalah matawang lama, yang beredar tiga abad yang silam, yang sudah tidak laku lagi di saat itu. Sipenjual makanan itu mengira, bahawa pemuda itu pasti mendapat barang pendaman dan pasti fikirannya bahawa selain matawang yang dilihatnya itu tentu ada banyak lagi harta kekayaan lainnya. Orang ramai yang sama melihat matawang itupun berkerumun melingkari pemuda itu. Mereka ingin tahu di mana pemuda itu menyimpan hartabenda pendaman itu.
Dengan rasa tercengang dan penuh hairan akan maksud mereka, pemuda gua itu lalu berkata: "Saya bukan mendapat barang pendaman sebagai yang kamu sangkakan, wang ini adalah wang yang kudapat dari temanku kelmarin. Dengan wang ini saya berniat untuk membeli makanan. Kenapa kamu merasa terkejut melihat wangku ini? Kenapa kamu menyangka yang bukan-bukan terhadap diriku?"
Pemuda gua itu segera berpaling hendak melarikan diri, kerana takut akan terbuka rahsia teman-temannya yang sedang bersembunyi, menyembunyikan diri dari tangkapan raja negeri itu.
Tetapi orang ramai menghalangnya. Dengan kata-kata yang sopan-santun, mereka ingin mendengarkan cerita selanjutnya.
Dalam percakapan selanjutnya, maka terbuktilah kepada orang ramai itu, bahawa pemuda ini adalah pemuda yang lari dari kepungan raja pada tiga abad yang silam. Mereka mengetahui akan peristiwa itu, dari cerita yang telah masyhur dan diketahui orang ramai. Larinya pemuda-pemuda itu kerana tidak sudi menjual agamanya kepada raja yang ganas, yang memaksa mereka untuk menyembah batu.
Salah seorang di antara mereka itu berkata kepada pemuda itu: "Janganlah engkau khuatir kepada raja ganas yang engkau katakan tadi. Raja itu sudah mati pada tiga abad yang silam. Raja yang memerintah sekarang ini, adalah seorang raja yang mukmin dan baik hati. Raja kami yang sekarang ini orang beriman seperti yang kamu imani. Di manakah teman-temanmu yang lainnya? Bawalah mereka ke mari semuanya "
Barulah pemuda itu insaf akan apa sebenarnya yang sudah terjadi. Dengan ketenangan yang amat jelas serta dengan alasan dan bukti-bukti yang cukup terang, maka terbuktilah bahawa mereka berada dalam gua bukan semalam atau setengah hari, tetapi sudah tiga abad lamanya. Segera pemuda itu minta izin untuk memberitahukan teman-temannya yang masih bersembunyi dalam gua, agar keluar dari persembunyiannya dan menerangkan kepada penduduk negeri itu akan keadaan yang sebenarnya; apalagi mereka sedang menunggu dengan kelaparan dalam gua, serta ingin mengetahui keadaan di luar gua.
Laporan peristiwa ini segera sampai kepada raja yang soleh, yang sedang berkuasa di negeri itu. Raja sendiri tampil turut menyambut pemuda-pemuda beriwayat itu dari dalam gua tempat persembunyian mereka. Raja pun ingin mengetahui akan riwayat dan wajah mereka, selama ini mereka senantiasa menjadi bualan orang ramai saja.
Setelah mereka keluar dari gua itu, mereka disambut raja dan penduduk negeri. Raja membawa mereka ke dalam istana dan diberinya tempat di istana yang indah itu. Para pemuda tadi lalu berkata kepada raja: "Kami ini sudah tidak mengharap hidup yang lebih panjang lagi, kerana kami sudah melewati beberapa keturunan dan kesemuanya telah meninggal dunia, bahkan negeri dan gedung-gedung besar yang dahulu pun sudah runtuh semuanya; yang kami lihat sekarang ini adalah serba baru. Kami pun sudah puas melihat raja dan penduduk yang hidup di negeri ini sudah sama-sama beriman kepada Allah."
Para pemuda itu lalu bersujud dan berdoa ke hadhrat Allah agar menurunkan rahmatNya dan agar Allah mengizinkan mereka pulang ke rahmatullah. Tidak lama kemudian sesudah mengucapkan doa itu mereka lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir, dengan tenang dan tenteram.
Keadaan dan kejadian itu, menjadi dasar yang kuat sekali bagi mereka untuk tetap iman dan tunduk kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka makin percaya bahawa janji Allah itu benar semuanya, serta Hari Qiamat dan akhirat itupun benar semuanya. Sepeninggalan mereka, orang lalu bentengkar cara bagaimana pemuda-pemuda suci itu dapat diperingati. Ada yang mengusulkan agar di atas kubur mereka itu didirikan sebuah tugu besar, rumah dan gedung yang dapat menunjukkan kebesaran mereka itu. Tetapi ada juga satu golongan dari orang-orang yang cinta terhadap pemuda-pemuda itu berkata, agar jangan tugu yang didirikan tetapi dirikanlah masjid di atas gua mereka itu, supaya dari dalam masjid itu dapat orang sama sama menyembah dan membesarkan nama Allah dan selalu insaf akan kebesaran Allah. Sebab apa ertinya sesuatu peringatan dan penghormatan, bila peringatan dan penghormatan itu tidak dapat membawa orang kepada menghormati dan membesarkan Allah, Tuhan yang Maha Terhormat dan Maha Kuasa.*
--------------------------------------------------------------------------------

* Orang ramai selalu bertengkar tentang jumlah mereka itu. Ada yang berkata bahawa mereka itu tiga orang, empat dengan anjingnya. Ada yang mengatakan lima orang, enam dengan anjingnya dan ada pula yang mengatakan tujuh orang, lapan dengan anjingnya.
---------------------------------------------------------------------------------

ASHABUL UKHDUD


Kota Sana ibu negeri Yaman purbakala, dimana duduk bertakhta seorang raja berugama Yahudi yang sangat fanatik, yang bernama Zu Nuwas, sedang bermandikan terik panas matahari, ditambah lagi oleh panas gurun Sahara yang terdiri dani lautan pasir, sehingga hawa udaranya memuncak panas tidak terkira. Tidak hairan kalau di hari itu semua jalanraya menjadi sunyi sepi, seluruh desa dan kota hening tenang tak bergerak sedikit juga kerana angin pun tidak berhembus.
Ke arah mana saja kita menoleh, tidak ada seorang manusia pun yang tampak keluar dari rumah mereka masing-masing. Desa dan kota merupakan desa dan kota yang mati layaknya, sekalipun kota dan negeri itu adalah kota yang terbesar dan teramai di seluruh dunia Arab di masa itu.
Tiba-tiba dari utara kota tersebut, muncul seorang lelaki yang sedang berjalan menuju ke tengah kota ke arah istana raja. Tampaknya orang itu datang dari tempat yang jauh sekali menempuh padang pasir yang terik, di bawah sinar matahari yang luarbiasa panasnya itu.
Setibanya di dalam kota Sana, langkahnya agak tertegun, hati dan dadanya tampak berdebar-debar, syak dan ragu-ragu; kedua matanya penuh dengan bayangan kehairanan dan keraguan. Langkah kakinya mulai tak seimbang lagi, maju-mundur yang tidak diketahui sebab-musababnya.
Tampak nyata bahawa orang itu menyimpan rahsia besar dalam dadanya. Kalau tidak rahsia besar, pasti ada urusan penting yang maha penting yang sedang direncanakannya.
Setelah dekat ke istana raja, tiba-tiba dia ditegur oleh penjaga istana: "Untuk apa engkau datang ke istana ini di waktu terik panas matahari yang begini rupa, di kala semua manusia sama-sama melindungkan diri dari panas yang terik ini? Jangankan manusia, binatang dan burung pun sama-sama tidak kelihatan berkeliaran kerana panasnya hawa."
Orang lelaki itu menjawab: "Saya datang membawa kabar hebat, urusan penting yang perlu saya laporkan kepada Raja Zu Nuwas."
Penjaga berkata lagi: "Raja sedang sibuk, tidak akan sempat bertemu denganmu dan dengan siapa juga. Sekalipun raja sudah beres dengan kemenangan besar dalam memerangi bangsa Syanatir dan telah berhasil menguatkan kedudukannya di kota Sana ini dan telah berhasil pula mengembalikan kedudukan bangsa Yahudi ke tempat yang selayaknya, tetapi sekarang ini raja sedang bersiap-siap pula untuk menggerakkan perang dahsyat lagi ke negeri-negeri yang jauh, kerana raja tidak senang sebelum seluruh manusia Timur dan Barat semuanya masuk berugama Yahudi.
Petang ini, setelah matahari terbenam dan udara menjadi agak dingin kembali, raja akan keluar ke kebun bunga ltu, dengan diiringi oleh semua pengiring dan para menterinya, pembesar-pembesar kerajaan dan kepala-kepala staf angkatan perangnya yang selalu setia kepadanya, untuk bermesyuarat tentang siasat perang yang harus dijalankan guna menyebarkan Ugama Yahudi di seluruh pelosok alam ini."
Mendengar keterangan itu, orang itupun berkata: "Kedatangan saya ini tidak jauh maksudnya daripada niat raja itu. Saya tidak akan datang menghadap di kala terik panas matahari begini, kalau tidak kerana untuk kepentingan ugama yang kita cintai itu. Kalau tuan sudi memberitahukan kedatangan saya ini kepada raja, saya percaya bahawa raja akan memanggil saya masuk dan pasti raja akan mementingkan laporan saya ini."
Sambil menunggu jawapan dari dalam istana, orang itu pun duduk bernaung di bawah atap istana, menghindarkan teriknya panas matahari.
Tidak lama berselang, Raja Zu Nuwas dengan diiringkan para pengawal, pembesar-pembesar pemerintahan dan kepala-kepala perangnya, keluar dari istana menuju ke tamannya yang indah untuk meneruskan sidang yang berat. Pengawal itupun segera datang memberi kabar kepada raja: "Seorang musafir dari daerah Najran, ingin bertemu dan akan memberi laponan tentang keadaan Najran, iaitu laporan yang amat penting."
Lelaki musafir yang sudah menunggu-nunggu itupun tampil ke hadapan raja, lalu memberikan laporan dengan berkata: "Ya, rajaku yang mulia. Mudah-mudahan Tuhan melindungi tuan dan kerajaan, serta selalu dapat menghancurkan musuh Ugama Yahudi yang kita cintai, juga mendapat taufik dan hidayah Tuhan dalam mempertahankan agama kita. Saya datang bukanlah untuk meminta dan mengharapkan hadiah, tetapi sengaja membawa khabar tentang daerah Najran, dimana sekarang ini telah tersebar ugama baru, yang makin lama makin ramai pengikutnya, mungkin akan merata ke seluruh Yaman dan seluruh dunia, mengalahkan ugama kita sendiri. Ugama baru itu dinamakan orang Ugama Nasrani (Krisitian)."
Dengan terperanjat, lalu raja berkata kepada musafir itu: "Sungguh mengejutkan benar berita yang kau bawa ini. Terangkanlah kepadaku dari awal sampai akhirnya tentang agama baru itu!"
Musafir itu meneruskan ceritanya dan laporannya: "Ugama baru itu adalah berdasarkan ajaran Nabi Isa al-Masih. Telah banyak orang-orang yang mulanya menyembah berhala-hala memasuki ugama baru itu dan orang-orang yang berugama Yahudi pun sudah banyak pula yang masuk."
"Bagaimana cara masuknya ugama baru itu ke Najran?" raja meningkah pembicaraan musafir itu.
"Mula-mula sekali masuk ke Najran dua orang lelaki. Yang pertama bangsa Rumawi, Fimiyun namanya dan yang bangsa Arab, Saleh namanya. Adapun Fimiyun itu sebagai budak yang dibeli oleh seorang penyembah korma. Ternyata kepada pembeli itu, bahawa budak yang bernama Fimiyun itu sangatlah baik perangainya, penuh dengan ketenangan dan kesabaran, tidak pernah mengeluh dan melukai perasaan orang lain. Setiap harinya dia senantiasa bekerja dengan rajin dan setiap petang dia bertekun dalam kamarnya, bersembahyang dan menyembah Tuhan.
"Pada suatu malam tuannya itu masuk ke karnar Fimiyun, didapati kamarnya itu terang-benderang tetapi tidak ada lampunya. Tuannya menjadi hairan dan bertanya tentang ugamanya. Budak itu menerangkan, bahawa ia beragama Nasrani, menyembah Allah yang Maha Esa menurut apa yang diajar Nabi Isa al-Masih kepada-nya.
"Adapun korma yang engkau sembah itu, kata Fimiyun kepada tuannya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat mengabulkan doamu. Adapun Allah yang Maha Esa yang saya sembah ini dapat mengabulkan semua doa dan sanggup atas segala-galanya.
"Kalau tuan suka beriman, kata Fimiyun selanjutnya, saya akan mendoa, dimana ternyata nanti bahawa Tuhan yang saya sembah lebih berkuasa dari korma yang tuan sembah itu."
"Berdoalah engkau," kata tuannya, "kalau benar doamu; nanti saya akan beriman pula dengan ugamamu itu."
"Fimiyun segera mengucapkan doanya kepada Tuhan. Sebentar itu juga semua korma yang disembah tuannya itu pun menjadi kering dan mati semuanya.
"Kejadian ini segera tersiar seluruh pelosok dan orang-orang yang menyembah korma dan berhala, sama-sama merobah ugama mereka dengan ugama Nasrani yang dibawa oleh Fimiyun itu. Orang-orang Yahudi pun telah banyak beriman kepadanya, serta meninggalkan ugama Yahudinya.
"Adapun Saleh yang menjadi temannya itu, pada mulanya ketika dia berada di tanah Syam, tempat lahir Nabi Isa al-Masih, pada suatu hari dia melihat Fimiyun sedang sembahyang di padang pasir, tiba-tiba datang ular besar menuju Fimiyun yang sedang sembahyang itu. Fimiyun tidak memutuskan sembahyangnya, tetapi terus, sekalipun ular telah dekat sekali. Saleh lalu berteriak menasihatkan, agar Fimiyun berhenti sembahyang dan melarikan diri, tetapi Fimiyun tidak berhenti dan terus sembahyang. Ular besar yang sudah mengangakan mulutnya hendak menerkam, mati seketika itu juga. Sejak waktu itu, Saleh menyerahkan diri dan tenaganya kepada Fimiyun. Keduanya pergi dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajarkan ugama mereka itu. Keduanya akhirnya dapat ditawan sekelompok bangsa Arab dan menjual mereka kepada orang penyembah korma, sebagai yang diterangkan tadi.
"Sekarang ugama mereka itu telah tersiar luas sekali. Saya datang ke mari agar raja segera bertindak terhadap ugama banu ini."
Mendengar cerita itu, bukan main marahnya Raja Zu Nuwas. Dadanya dibusungkannya, tangannya dihempaskannya. Dengan mengacungkan pedangnya ke udara, dra bersumpah bahawa dia ketika itu juga dengan segenap kekuatannya akan berangkat ke Najran, untuk mengajar bangsa Najran yang sudah murtad itu, katanya, agar mereka kembali masuk Ugama Yahudi, ugama lama yang tidak boleh ditukar-tukar lagi, katanya. Tidak lama kemudian, daerah Najran yang sempit dan tidak begitu luas itupun telah terkepung dari segenap penjuru oleh angkatan perang Raja Zu Nuwas. Kepada seluruh penduduk yang telah beragama Nasrani itu dikeluarkan ancaman, apakah mereka akan kembali kepada Ugama Yahudi, atau semuanya akan dibunuh mati, kecil-besar, tua-muda, lelaki perempuan.
Kerana keimanan yang kuat, penduduk Najran tetap memegang teguh ugama mereka yang berdasarkan keimanan kepada Allah yang Maha Esa, sekalipun mereka akan dibunuh mati.
Setelah Raja Zu Nuwas melihat dan mengetahui, bahawa rata-rata penduduk Najran tidak mahu tunduk kepada bunyi ancaman-nya, kepada semua tenteranya diperintahkan menggali lubang besar yang dalam. Di dalam lubang besar itu ditimbunkan kayuapi yang mersik kering. Dengan kayu bakar yang kering itu, lalu api dinyalakan sebesar-besarnya.
Penduduk Najran ditangkap semuanya, dikumpulkan dalam sebuah perkampungan di dekat lobang besar itu, lalu masing-masing mereka tua-muda, besar-kecil, lelaki perempuan dengan berganti-ganti dan bergilir diperintahkan terjun ke dalam lobang besar dengan api yang sedang bergejolak-gejolak itu, untuk menutup riwayat hidup mereka.
Semua itu dijalankan oleh penduduk Najran yang beriman itu, dengan tenang dan sabar, tidak seorang juga yang merasa takut dan sedih. Kerana keimanan yang demikian matang sempurna, gejolakan api begitu panas, mereka rasakan sebagai angin yang berhembus sepoi-sepoi bahasa saja. Bahkan mereka berlumba-lumba dan berebut-rebutan untuk menjatuhkan dirinya masing-masing ke dalam api besar itu; kerana mereka yakin, bahawa di bawah gejolakan api yang panas itu, telah menanti Syurga Jannatun-Naim yang dijanjikan Tuhan kepada mereka.
Sedang Raja Zu Nuwas dengan segala tentera dan pembesar-pembesarnya duduk berbaris di atas bangku-bangku dan kursi-kursi yang sudah tersedia buat mereka, menonton bangsa Najran yang sedang mengorbankan jiwanya.
Dengan senang hati dan tertawa terbahak-bahak, mereka senang melihat orang mati teraniaya dan merasa senang kerana dengan jalan begitulah katanya, mereka dapat mempertahankan ugama mereka.
Bangsa Najran yang berugama Nasrani, musnah semuanya dimakan api. Dalam kampung itu hanya tinggal beberapa orang yang berugama Yahudi saja, iaitu orang-orang yang seugama dengan rajanya yang ganas itu. Tetapi mereka tidak tahu, bahawa cara-cara mereka melakukan keganasan dan mempertahankan ugama mereka itu, adalah salah. Nanti di akhirat, mereka itu akan dilompatkan Tuhan satu persatu ke dalam lobang api neraka, sedang bangsa Najran akan menonton dengan riang gembira di jendela-jendela syurga yang mereka tempati.

BANJIR

BANJIR
Yaman adalah salah satu dari negara-negara Arab yang tersubur. Banyak turun hujan dan tanahnya bergunung ganang. Tumbuh di situ berbagai tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di negara-negara Arab lainnya. Di daerah Yaman yang subur itu, berdirilah sebuah negara yang maju dan makmur, yang dinamai Negara Saba'. Kerana kesuburan tanah dan kepintaran penduduknya negara yang kecil ini, lama-kelamaan bertambah luas juga daerahnya. Banyak penduduknya, makmur dan maju dalam segala-galanya. Kota Syirwah yang mulanya kecil dan sepi saja, tidak lama kemudian dapat mereka jadikan kota besar yang penuh dengan gedung-gedung dan rumah-rumah yang bagus dan teratur, sehingga kota ini mereka jadikan ibunegerinya. Kemudian ibunegeri ini berpindah pula ke kota Ma'rib, yang jauh lebih teratur dan moden daripada kota Syirwah.
Satu hal yang selalu menjadi masalah sulit bagi teknik bangsa Saba'; iaitu air hujan yang banyak turun di negeri itu, tidak lama dapat menggenangi negeri mereka, kerana letak negeri itu yang tinggi. Sebentar saja sesudah hujan-hujan besar itu, semua air lalu mengalir ke negeri-negeri lain yang berdekatan dengan negeri Saba', yang umumnya terdiri dari padang pasir. Bila sudah mengalir ke padang pasir, maka dalam sebentar waktu saja air itu segera lenyap masuk pasir.
Air hujan yang sangat berguna itu sebentar saja dapat membasahi dan menggenangi negeri Saba' itu.
Ahli-ahli pengairan bangsa Saba' tidak tinggal diam. Mereka selalu berfikir dan berikhtiar, dengan jalan bagaimanakah agar air hujan itu dapat dibendung jangan lekas mengalir ke daerah padang pasir.
Akhirnya mereka dapat akal. Antara gunung dengan gunung a mereka timbun hujung dan pangkalnya, sehingga air hujan tergenanglah di antara dua gunung itu dan air yang tergenang itu mereka alirkan ke tempat-tempat yang kekurangan air sekitar negeri mereka.
Setelah sebuah bendungan ini selesai dikerjakan dan mendatangkan faedah yang sangat baik kepada kemajuan pertanian dan kemakmuran negeri mereka, lalu dibangun pula bendungan yang kedua, ketiga dan seterusnya, sehingga dalam beberapa tahun saja, hampir semua gunung-gunung dan jurang-jurang yang terdapat di negeri Saba' itu menjadi empangan raksasa yang hebat dan sangat berfaedah, beratus-ratus buah jumlahnya.
Kemakmuran dan kesuburan negeri Saba' semakin maju dan semakin kayaraya.
Di antara empangan yang banyak ini, maka Empangan Ma'riblah yang terbesar dan terkokoh, sehingga menjadi masyhur sekali di seluruh dunia di kala itu dan sampai sekarang juga dalam sejarah.
Ilmu teknik bangsa Saba', lebih-lebih tentang pengairan, semakin meningkat tinggi yang menyebabkan kemajuan dan kemakmuran negeri semakin bertambah juga. Hampir setiap pelusok negeri Saba' terdiri dari kota yang cantik dengan rumah dan gedungnya yang bagus-bagus, dilingkari oleh perkebunan yang luas-luas, penuh dengan berbagai-bagai tanaman dan tumbuh-tumbuhan, kebun-kebun bunga dan lain-lainya.
Hasil bumi negeri Saba' mengalir ke seluruh pelosok tanah Arab dan negeri-negeri tetangga lainnya, sehingga kota-kota mereka selalu penuh dengan pedagang-pedagang yang datang dari luar negeri. Bukan saja dari daerah Hijaz, tetapi pula dari Tanah Syam dan Persia.
Ke Yaman (Saba')lah tujuan tiap pedagang dan pelancung untuk merasakan enaknya hawa dan segarnya buah-buahan, apa pula penduduknya yang baik budi, beriman kepada Allah, selalu hidup dalam aman dan tenteram. Negeri inilah yang dikatakan Tuhan dalam al-Quran: Baldatun Taiyibatun wa Rabbun Ghafur, iaitu negeri yang aman dan makmur, serta dilimpahi rahmat Allah.
Tetapi lama kelamaan keadaan bangsa Saba' berubah. Mereka mulai melupakan Tuhan atas segala nikmat yang mereka terima itu. Dahulu bibir dan lidah-lidah mereka tidak sunyi-sunyi mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan, yang telah melimpahi mereka serta negaranya, dengan rahmat dan nikmat itu. Tetapi sekarang, mereka seakan-akan tidak kenal lagi kepada Tuhan, hanya kenal kepada hartabenda dan kemewahan hidup saja.
Pelbagai kejahatan dan ragamnya mulai bermaharajalela di kalangan mereka, sehingga keamanan dan ketenteraman selama ini berubah menjadi kacau dan pergaduhan.
Allah lalu mengutus beberapa orang Nabi dan Rasul, untuk nenginsafkan mereka. Tetapi semua Nabi dan Rasul itu tidak mereka percayai, malah mereka berpaling tidak sudi mendengarkan fatwa dan nasihat-nasihatnya.
Setelah segala nasihat dan fatwa, serta semua tenaga yang dicurahkan para Nabi dan Rasul itu sudah tidak berguna lagi bagi mereka, maka Allah mengambil jalan lain, untuk membetulkan kesalahan dan kesesatan mereka. Jalan ini, ialah dengan mengganti semua rahmat dan nikmat itu dengan seksa dan azab.
Empangan-empangan yang besar dan kuat yang mereka perbuat dengan susah payah itu, runtuhlah; air bah mengalir ke kiri dan kanan, menumbangkan semua gedung-gedung dan rumah-rumah, mendatarkan semua perkebunan dan tanaman-tanaman yang penuh dengan buah-buahan.
Semua air bah itu menuju ke padang pasir yang ada di sekitar negeri Saba' dan meresap di tengah-tengah padang pasir. Negeri Saba' menjadi datar tak berair lagi, sehingga dalam sebentar waktu saja tanah yang subur dan bergunung-gunung itu menjadi padang pasir tandus, yang tidak dapat ditumbuhi tanaman-tanaman di atasnya, selain beberapa macam tumbuh-tumbuhan yang tak menghasilkan buah apa-apa.
Keadaan mereka pun kucar-kacir, terdampar sejauh-jauhnya di bawah air bah yang besar. Penduduk kampung Khassan terdampar ke daerah Syam, penduduk Juzan ke Tihamah, penduduk Azad ke Amman. Mereka benar-benar kucar-kacir, yang sampai sekarang hanya tinggal cerita dan riwayatnya saja. Beginilah balasannya bagi sesiapa yang tidak pandai mesyukuri nikmat dan pemberian Allah terhadap diri, negeri dan bangsanya. Allah tidak menyeksa manusia, kalau manusia itu sendiri tidak ingkar terhadap Allah.

Siip? LIKE :)

NABI ISA AL-MASIHI

Mariam sekarang ini telah menjadi remaja puteri, seorang gadis yang lain dari yang lain, yang kerjanya hanya beribadat dan mensucikan din di hadapan Allah, di dalam Rumah Suci.
Pada suatu hari Mariam sedang beribadat di tempatnya sebagai kebiasaannya, tiba tiba dihadapannya berdiri seorang lelaki. Alangkah terkejut dan terperanjatnya, kerana selama hidup
dan selama dia berada di tempat itu, belum pernah dia mendapat kunjungan seorang lelaki selain Zakaria.
Mariam nampaknya mahu berpaling dan menghindarkan diri kerana menurut kiraan Mariam lelaki itu adalah seorang jahat yang berniat buruk terhadap dirinya, sedang dia sendiri adalah seorang suci dan penuh iman. Mariam berlindung diri kepada Allah dengan berkata: Sesungguhnya saya melindungkan diri kepada Allah dan kejahatan engkau, sekiranya engkau seorang yang takut kepada Allah.
Orang yang tidak dikenal itu memberikan isyarat, agar supaya Mariam tinggal tenang jangan takut dan khuatir. Lalu orang itu berkata kepada Mariam: Sesungguhnya saya ini datang diutus oleh Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak yang suci.
Dengan muka yang diselubungi kesedihan, hati yang penuh hairan dan khuatir, mulut dan lidahnya rasa terkunci, akhirnya dapat juga Mariam menjawab: Bagaimana saya akan memperolehi
seorang anak, sedang seorang manusia pun belum pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan seorang yang jahat.
Mendengar jawapan itu, Malaikat (Ruhul Kudus) itupun berkata: Demikianlah halnya; Tuhanmu telah berfirman: Perkara itu amat mudah bagiKu, supaya Kujadikan itu tanda kekuasaanKu untuk manusia dengan rahmatKu. Kejadian itu bukanlah satu hal yang tidak dapat diluluskan.
Sehabis jawaban itu, Malaikat itupun lenyaplah dari pemandangan Mariam, tidak diketahui ke mana perginya. Tinggallah sekarang Mariam seorang diri kehairanan memikirkan apa yang sudah dilihat dan didengarnya itu.
Mulailah dia khuatir lagi, kekhuatiran yang lain pula sifatnya dan kekhuatirannya semula tadi. Sudah pasti orang ramai akan heboh dan bising, bila mereka mendengar bahawa Mariam menjadi hamil. Apalagi kalau melahirkan anak dengan tidak mempunyai suami. Fikiran ini sangat menggoyangkan perasaan Mariam, sebab ini bukanlah masalah kecil bagi seorang yang suci murni sebagai Mariam. Badannya gementar memikirkan bagaimana akhirnya kejadian ini.
Dia benar benar merasa sesuatu dalam kandungannya. Untuk menghindarkan apa yang akan terjadi sebagai yang dikhuatirkannya itu, Mariam memutuskan akan menjauhkan diri ke luar kota,
mengasingkan diri di tempat yang jauh dan terpencil, yang sunyi sepi. Maksudnya itu diteruskannya dengan mengambil satu tempat jauh di desa, dimana dia tinggal seorang diri berhati sedih bercampur
takut, memikirkan kejadian yang akan terjadi bila dia sudah melahirkan bayi kandungannya, bayi yang tidak berbapa.
Beberapa bulan berlalu, kandungannya makin terasa mendekati waktu bersalin. Semakin dekat waktunya bersalin, semakin hebat pulalah penderitaan batin yang dideritanya, sehingga makan dan minum tidak berasa enak lagi. Makanan dimakannya berasa sekam, air diminum berasa duri.




KESEDIHAN YANG MEMUNCAK


Di dalam sebuah pondok didesa yang jauh terpencil, dia menyembunyikan diri dari pandangan dan pendengaran orang ramai, agar rahsia ajaib yang sudah ada dibatang tubuhnya jangan sampai diketahui orang, tidak dilihat sebuah mata dan tidak didengar sebuah telinga pun.
Setelah terasa betul oleh Mariam, bahawa waktu yang ditunggu-tunggunya itu sudah dekat, tanda-tanda yang dia akan melahirkan seorang anak telah cukup, maka disaat itulah kesedihan
hatinya, kekhuatiran dan ketakutannya memuncak hebat sehebat-hebatnya. Ketika itulah dia mengeluh sambil berkata: Maha Penyantun Engkau, ya Tuhanku. Takdir apakah gerangan yang akan terjadi, kejadian apakah akan terjadi dibalik malam yang gelap ini.
Mariamlah seorang manusia yang paling berat ditimpa beban pemikiran di saat itu. Dia berasal dari keturunan yang baik-baik dan kukuh kuat. Bapanya seorang yang suci terhormat, ibunya pun demikian pula. Dia sendiri pun seorang yang suci murni dan ini sudah cukup dikenal dan diakui orang ramai. Tetapi sudah cukupkah kesemuanya itu menjadi jaminan baginya terhadap tuduhan orang
ramai? Apakah orang ramai tidak akan menuduhnya dengan tuduhan yang bukan-bukan terhadap dirinya, sekiranya dia melahirkan anak dengan tidak berbapa? Dapatkah gerangan semuanya itu melenyapkan seluruh tohmahan yang akan tumbuh itu? Atau dituduh orang jugakah dia melakukan perbuatan jahat dan mesum? Akan dituduh dia mencemarkan nama baik ibu-bapa dan nenek-moyangnya yang suci murni.
Semua itu amat berat untuk difikirkan dan dipecahkan oleh Mariam yang hanya seorang diri yang pula menderita sakitnya mahu bersalin. Jasadnya menanggung tanggungan yang paling berat, sedang jiwanya pula sedang menanggung tanggungan yang lebih berat lagi. Dua beban berat yang harus dipikul sekaligus.
Tetapi bagaimana juga berat dan hebatnya derita lahir dan batin yang dideritanya, rasa ibadat dan taqwa kepada Allah telah dapat menolong dia dalam menanggung semua penanggungan itu, pananggungan yang maha berat dan rumit.
Ya, dia akan melahirkan seorang yang amat mulia dan amat agung, maka penanggungan dan penderitaan yang amat berat dan hebat harus ditanggungkannya pula untuk melahirkannya. Itu
sudah menjadi adat alam sunnah Ilahi kiranya.

KELAHIRAN ISA AL-MASIHI

Setelah Mariam merasakan betul bahawa kandungannya sudah dekat sekali akan lahir, maka dia tinggalkan pondok tempat dia mengasingkan diri itu. Dia berjalan meninggalkan desa yang terpencil itu, mencari tempat yang lebih suci dan sepi lagi. Disuatu tempat dipadang pasir, dibawah sebatang pokok korma, dia lalu berhenti. Disitulah dia duduk seorang din menantikan takdir, tidak ada kawan dan bidan atau tabib yang akan menolong dia, bila ditimpa sakit atau kesulitan dalam melahirkan bayi kandungannya.
Dalam keadaan demikian, dibawah langit terbuka, ditengah sawang padang pasir yang luas, dengan tidak ditemani seorang manusia pun, selain temannya yang bernama iman dan taqwa tibalah saat yang ditunggu-tunggunya. Seorang anak bayi lelaki pun lahirlah ke atas dunia yang luas terbuka ini, seorang bayi yang akan menjadi manusia suci dan berpengaruh besar.
Dengan perasaan terharu-biru dan cemas sedih, dipandangnyalah wajah anak bayinya yang baru lahir itu. Dengan keadaan tubuh yang lesu-lunglai bekas bersalin, fikiran dan perasaan yang semakin diliputi cemas dan khuatir, timbullah berbagai-bagai kegelisahan batin yang tak terbada, sehingga dia mengeluh: Aduhai nasibku ini. Lebih baik kiranya aku mati sebelum ini, tentu aku dilupakan manusia selupa-lupanya.
Fikirannya bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Badannya lesu dan lemah longlai segala sendi dan tulang-belulangnya, ditambah lagi dengan rasa lapar dan dahaga yang tak terkirakan hebatnya
sehabis melahirkan bayinya itu. Dia lalu menyandarkan dirinya ke pokok korma yang kering itu, sambil memangku anak bayinya dengan kedua tangannya yang lemas itu.
Baru saja biji matanya tertuju ke wajah bayinya, tiba-tiba Mariam mendengar suara yang jelas dan dekat, memanggilnya: Hai Mariam, janganlah engkau terlalu berdukacita. Sesungguhnya Tuhanmu sudah mengadakan didekatmu sebuah anak sungai yang kecil dan goncangkanlah batang korma yang engkau sandari itu, nescaya akan berguguranlah buah-buahnya yang sudah masak. Maka makanlah dan minumlah dan tenangkanlah hatimu. Lantas kalau engkau ditanya seseorang, maka berkatalah kepadanya: Aku bernazar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, bahawa aku akan diam, tidak akan berkata-kata kepada siapapun juga di hari ini.
Setelah mendengar suara itu, Mariam melihat tanah yang berada di sisinya menjadi retak dan dari retakan itu mengalir air yang amat jernih, merupakan anak sungai yang kecil, tepat sebagai yang didengarnya dan suara tadi.
Matanya lalu dialihkannya ke arah batang korma yang disandarnya itu. Di atas pohon korma itu jelas dilihatnya buah-buah korma yang sudah masak. Dengan tangannya yang masih lemah dan tidak berdaya itu, cuba menggerakkan batang korma yang kukuh itu. Batang korma itu bergerak dengan kerasnya, sehingga buah-buahnya yang masak itu berguguran didekatnya.
Dimakannya buah dan diminumnyalah air yang jernih itu. Dengan demikian hilanglah lapar dan dahaganya, badannya kembali beransur-ansur menjadi kuat dan segar kembali, fikirannya mulai menjadi tenang pula.
Sungguh besar pertolongan Tuhan terhadap Mariam. Buah korma yang matang untuk dimakan dan air jernih untuk diminum. Tetapi cukupkah kiranya mukjizat Tuhan yang maha besar ini dijadikan perisai untuk menjawab tuduhan orang nantinya? Cukupkah ini untuk menutup mulut orang yang mahu menuduh? Kesedihan dan kegelisahan Mariam tidak berkurangan hanya badannya sudah berasa lega dan waras mendapat makan dan minum yang luarbiasa itu.
Matanya tidak putus-putusnya memandang wajah anaknya yang baru lahir. Luarbiasa keadaan dan hal ehwalnya. Pandangannya ke wajah bayi itulah hanya satu-satunya yang dapat menghiburkan hatinya yang duka, sehingga hatinya agak tenteram pula sedikit, sedang badannya semakin kuat juga.
Kembalilah dia ke desa tempat dia mengasingkan din, meninggalkan tempat dia bersalin yang sekarang ini dinamakan orang Baitullaham (Bethlehem), ertinya tempat lahir. Mulailah orang yang tidak jauh tinggal dan rumahnya itu mengetahui khabar kelahiran bayinya. Tak lama kemudian, khabar itupun tersiarlah dengan cepatnya ke seluruh pelosok negeri.


BAYI BERBICARA

Orang-orang lalu datang berduyun-duyun, dan jauh dan dekat, ingin menyaksikan sendiri kabar yang luarbiasa itu. Mariam dihujani orang ramai dengan pertanyaan-pertanyaan. Dia tidak menjawab, hanya berkata sebagai apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya, bahawa dia berpuasa dan bernazar tidak akan bercakap-cakap sehari itu.
Berbagai-bagai kata orang ramai tentang Mariam dan kejadian itu. Ada yang amat hairan atas keluarbiasaan kejadian itu. Ada pula memandang kejadian itu sebagai tanda kesucian dan kebesaran Mariam. Tetapi banyak pula yang mengejek-ejek dengan pelbagai tuduhan sebagai yang telah dikhuatirkan Mariam sendiri. Semuanya itu didengarkan dan dibiarkannya saja dengan sabar dan tenang, sesuai dengan petunjuk Tuhan kepadanya.
Keesokan harinya, mereka pun datang pula bertanyakan ini dan itu, mengatakan apa yang terasa dalam hati dan batin mereka masing-masing. Mereka tahu bahawa nazar Maryam sudah habis waktunya. Berbagai-bagai cara dan isi pertanyaan mereka. Ada yang bertanya: Hai Mariam, sesungguhnya engkau telah membawa sesuatu yang mungkar!
Ada pula yang mengejek: Hai saudaranya Harun, bapamu bukanlah orang yang jahat, sedang ibumu pun bukan perempuan jalang! Dari manakah engkau perolehi anak ini?
Banyak lagi pertanyaan yang mengejek dan kasar-kasar yang dihadapkan kepada Mariam. Akhirnya Maryam berdiri mengambil anak bayinya, lalu berkata kepada mereka: Ini adalah anakku, tanyakanlah kepadanya hakikat kejadian yang sebenarnya, yang tuan-tuan tanyakan itu.
Orang ramai hairan dan tercengang mendengarkan jawapan Mariam yang tidak masuk akal itu. Mereka lalu berkata: Bagaimana kami dapat berbicara dengan bayi yang masih dalam ayunan itu?
Mendengar ejekan yang berturut-turut itu, lalu Allah memperlihatkan kekuasaanNya untuk mukjizat yang sebesar-besarnya bagi bayi yang bernama Isa al-Masihi itu dikala besarnya. Di saat itulah bayi Isa a.s. yang masih kecil itu berkata dengan terang kepada orang banyak: Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah, akan diberinya kepadaku sebuah Kitab (Injil) dan dijadikanNya aku seorang Nabi. DijadikanNya aku seorang yang berguna buat manusia dimana aku berada, diwasiatkanNya kepadaku berbuat dan mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Dan aku berbakti kepada ibuku, tidaklah aku dijadikan Tuhan seorang yang sombong dan derhaka. Selamatlah diriku ketika aku dilahirkan dan ketika aku mati dan ketika aku kembali hidup.
Barulah sebahagian orang ramai itu insaf dan percaya, yakin akan kesucian Mariam, akan kebesaran dan keagungan bayi yang baru lahir itu. Khabar kesucian dan keagungan bayi itupun tersiarlah ke mana-mana, sehingga setiap orang menunggu-nunggu akan besarnya anak itu, sebagai seorang Utusan Allah (Rasul) buat mereka.Nabi Isa al-Masihi yang dipopularkan orang Kristian dengan nama Jesus Kristus itupun makin sehari makin besar juga. Di kala dia masih berupakan seorang anak yang di bawah umur, telah banyak tampak tanda-tanda kebesaran dan keluarbiasaannya.
Pada suatu hari, ketika Isa sedang bermain-main dengan teman-teman sebayanya, tiba-tiba Isa menerkai semua apa yang disimpan dalam poket seluar dan dirumah mereka masing-masing, dengan tekaan yang tepat dan tidak salah sedikit juga.
Kadang-kadang Isa berlaku sebagai guru terhadap teman-teman sebayanya itu, mengajarkan apa-apa yang mereka itu semua tidak mengetahuinya. Semua temannya itu menurut dan patuh terhadap ajaran Isa. Masing-masing memperhatikan sebaik-baiknya setiap kata dan nasihat yang keluar dari mulut Isa.
Ketika Isa sudah berumur 12 tahun, ibunya membawa beliau meninggalkan dusun yang jauh terpencil itu, berangkat pindah ke kota Baitul Maqdis (Jerusalem). Di jalan banyaklah pemandangan baru yang belum pernah dilihat didesanya sendiri. Tetapi Isa tinggal tenang saja melihat pemandangan yang baru itu, tidak menarik hatinya sedikit juga sebagai kebanyakan anak-anak yang seumur dengan dia. Lebih-lebih lagi ketika memasuki kota besar Jerusalem menempuh jalan-jalan besar, rumah-rumah yang bagus dan menarik hati. Tidak satu pun yang menarik perhatian Isa, kesemuanya itu dipandangnya sebagai barang-barang yang biasa saja, tidak baru sedikit juga dalam pandangan mata dan hatinya. Inilah pula salah satu keluar-biasaan Isa dibanding dengan anak-anak lainnya.
Ibunya lalu pulang ke desa kembali, sedang Isa tetap tinggal dikota Baitul Maqdis, kota yang penuh dengan pendita dan tempat-tempat ibadat, sebagai pusaka dan doa Nabi Ibrahim dahulu.
Setiap hari, orang ramai berduyun-duyun datang ke gereja-gereja menerima pelajaran agama yang diberikan pendita-pendita. Isa pun turut serta orang ramai itu, mendengar pelajaran dan fatwa-fatwa itu. Bahkan inilah yang paling digemari Isa, lain-lain pekerjaan dan permainan tidak satu pun yang menarik hatinya dan dia tidak pernah turut berbagai-bagai keramaian dan permainan itu.
Tiap-tiap kata fatwa yang keluar dan mulut pendita-pendita didengarkannya dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh. Berbeza dengan orang ramai yang juga turut belajar dan mendengar fatwa itu, dimana umumnya mereka itu hanya menerima dan tunduk saja terhadap semua fatwa dan kata-kata itu, maka Isa bukan hanya tunduk dan menerima mentah-mentah saja tetapi kalau perlu bertanya dan membantah mana yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Isa di antara murid-murid yang pertama-pertama kali berani bertanya dan membantah, sedang murid yang lain seorang pun tidak pernah bertanya, apalagi akan membantah.
Melihat keberanian dan perbuatan Isa itu, tidak sedikit kawan-kawan dan orang ramai yang menaruh sakit hati dan marah kepadanya dan menganggap dia seorang yang pembantah dan penyangkal, tidak tunduk kepada pendita-pendita yang dihormati dan dimuliakan orang. Bahkan sudah menjadi tabiat manusia di saat itu, bahawa pendita-pendita itu adalah orang suci, orang-orang yang benar semua kata-katanya, tidak boleh dibantah atau ditanyai samasekali, sebab orang yang bertanya dan membantah itu dianggap telah melanggar agama, telah engkar dan kafir layaknya.
Bukan hanya orang ramai saja yang marah kepadanya, tetapi juga pendita-pendita sendiri, sebab memang pendita-pendita itulah yang melarang orang bertanya dan membantah, serta mengajarkan bahawa sesiapa yang membantah dan bertanya itu, adalah orang engkar dan musuh Tuhan.
Beratus-ratus tahun lamanya, pendita-pendita itu tidak pernah dibantah dan disoal orang, sehingga telah menjadi adat turun-temurun bagi orang banyak yang hanya mendengar, tunduk dan diam dihadapan mereka. Sebab itu, tidak hairanlah kalau hal itu dianggap orang ramai sebagai ajaran agama, ketetapan syariat yang tidak boleh dilanggar samasekali.
Isa tidak menghiraukan kemarahan orang ramai itu, tidak peduli sekalipun pendita-pendita itu sendiri sakit hati kepadanya, namun Isa tetap membantah dan bertanyakan apa-apa yang tidak terang atau yang berlawanan dengan pendiriannya.
Demikianlah halnya Isa bertahun-tahun asyik belajar, asyik bertanya dan membantah tiap-tiap fatwa yang tidak sesuai. Dia lupa segala-galanya, kadang-kadang dia lupa makan dan minum, lupa terhadap ibunya sendiri yang sudah lama ditinggalkannya.
Dia bukan hanya tetap dalam kota Baitul Maqdis saja, tetapi juga pergi ke tempat-tempat yang jauh, didalam dan diluar kota, dimana saja ada pendita. Masing-masing pendita yang dia kenal dan dengar, sekalipun jauh tempatnya, pasti dia datangi untuk belajar dan menerima fatwanya, pula untuk ditanya dan dibantahnya apabila perlu. Begitulah; dia senantiasa pindah dari desa ke desa, dan kota ke kota lainnya.

MENJADI RASUL

Setelah Isa berumur 30 tahun, barulah datang kepadanya Ruhul Amin, iaitu Malaikat Jibril sebagai Utusan Allah untuk mengangkat Isa menjadi Rasul Allah, menyambung pelajaran yang pernah diajarkan Rasul-rasul yang sebelumnya dan untuk memberi khabar kepada manusia, bahawa nanti
dikemudian hari akan diutus Allah seorang Rasul lagi, iaitu Nabi Muhammad s.a.w.
Kepada Nabi Isa a.s. diturunkan Allah sebuah Kitab Suci (Bible) yang berisi ajaran-ajaran Tuhan yang membenarkan akan Kitab-kitab Suci yang sebelumnya dan pula memberi keterangan tentang akan datangnya Kitab Suci nanti, iaitu al-Quran al-Karim, yang diturunkan kepada Rasul yang paling akhir, iaitu Muhammad s.a.w.
Apa yang diterimanya itu, disampaikannya kepada manusia kaumnya. Diterangkannya bahawa dia adalah Utusan Allah, supaya semua manusia mengikutinya.
Mulailah Nabi Isa a.s. berjuang menyiarkan agama yang benar, membongkar akan kesalahan dan kesesatan pendita Yahudi yang telah jauh menyimpang dan ajaran Nabi Musa a.s. yang sebenarnya, bahkan terbukti kepada Nabi Isa bahawa mereka telah lupa samasekali akan semua ajaran-ajaran yang diberikan Nabi dalam Kitab Sucinya yang bernama Taurat. Sudah banyak pula yang tidak kenal kepada Allah lagi, hanya mementingkan hartabenda dan kekayaan dunia semata, baik rakyat umum ataupun para penditanya sendiri. Mereka berebutan pangkat pendita bukan untuk menyiarkan agama Allah, tetapi semata-mata berebutan pangkat dan hartabenda yang terdiri dan emas dan perak. Mereka bukan membela nasib kaum fakir miskin lagi sebagai yang diperintahkan Allah, tetapi malah merampas hak kaum fakir miskin dan orang-orang yang terlantar, bahkan menghisap darah orang melarat dan mencelakakan penghidupan mereka.
Pendita-pendita turut serta menghisap dan memeras. Mereka ajarkan kepada manusia bahawa mengorbankan harta bagi kepentingan pendita, bererti mengorbankan harta bagi Allah, sehingga banyak pendita-pendita yang lebih kaya dari raja-raja. Pendita-pendita itu menutup mata samasekali terhadap nasibnya orang-orang yang fakir dan miskin, terhadap orang-orang yang terlantar, anak-anak yatim dan piatu, terhadap orang yang mendapat kecelakaan. Mereka hanya bertekun didalam gereja-gereja untuk dipuji-puji orang ramai saja.
Agama yang diajarkan Nabi Musa, telah mereka ubah disesuaikan dengan kepentingan mereka sendiri. Banyak yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan. Agama yang menyerang nafsu kebendaan, mereka ubah menjadi agama yang memuji-muji kebendaan, serta melupakan Tuhan.
Rakyat, mereka anjurkan berkorban dan bersedekah untuk Rumah Suci sebanyak-banyaknya, yang sebenarnya bagi kepentingan diri mereka sendiri, sedangkan yang bersedekah itu kebanyakannya orang yang fakir miskin dan orang bawahan yang susah jalan penghidupannya.
Segala rahsia itu dibongkar oleh Nabi Isa. Nabi Isa sedaya-upaya untuk mengembalikan manusia kepada agama yang benar, kepada syariat Nabi Musa yang sebenar-benarnya. Bani Israel yang telah sesat jalannya itu dianjurkan Nabi Isa agar kembali ke jalan yang benar.

NASIB PARA RASUL

Ajaran Nabi Isa berlawanan sungguh dengan kemahuan dan keinginan masyarakat umum dimasa itu. Isa melarang mereka berlazat-lazat dan bersenang-senang, serta umumnya mereka asyik dengan berbagai kemaksiatan dan kejahatan.
Diantara pendita dan orang ramai, memang ada orang yang benar-benar suci dan bersih, ingat dan selalu mengabdikan diri kepada Allah s.w.t. Mereka ini sajalah yang sebenarnya mengakui akan ajakan dan pelajaran yang diberikan oleh Nabi Isa. Mereka inilah yang menjadi pembela, tulang belakang Nabi Isa a.s. dan mereka inilah yang disebutkan Allah dalam al-Quran Ansarullah dan Hawariyun. Sedang lain-lainnya, masyarakat ramai, lebih-lebih masyarakat yang kayaraya, pembesar-pembesar negeri hampir semuanya menentang akan ajakan dan ajaran Nabi Isa, bahkan menghalang dari tersiarnya pengajaran ini, sebab mereka takut akan kehilangan harta dan pangkat serta pengaruh. Nabi Isa mereka dustakan, mereka halangi dengan berbagai cara. Semua ini memang sudah menjadi nasibnya para Nabi dan Rasul Allah, sejak dari Nabi Adam a.s., sampai kepada Nabi Muhammad s.a.w., kerana Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah itu diutus memang untuk merobah keadaan dan susunan masyarakat kepada siapa mereka diutus Tuhan, jadi bukan semata-mata untuk menurutkan kemahuan umat.
Nabi Isa terus-menerus mengajarkan semua yang diperintahkan Allah kepadanya, dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Kerana begitu hebat tentangan kaumnya, maka kepada Nabi Isa diberikan Allah beberapa mukjizat yang luarbiasa, agar orang ramai insaf akan kebenaran Nabi Isa sebagai orang yang diutus Allah.
Nabi Isa menggumpal sekepal tanah, lalu ditiupnya, segera tanah itu menjadi burung, terbang ke sana ke mari bersiul-siul, beranak dan berketurunan.
Ramai orang ditimpa penyakit kusta dan tidak seorang juga yang dapat menyembuhkan penyakit itu, sehingga penyakit itu terus-menerus, turun-temurun menyerang sebuah desa. Oleh Nabi Isa semua orang yang sakit bertahun-tahun itu dapat disembuhkan sekaligus dengan sesembuh-sembuhnya. Banyak pula orang yang buta sejak dilahirkan ke dunia ini pun dapat disembuhkan oleh Nabi Isa, sampai dapat melihat seterang-terangnya. Bahkan orang yang sudah mati pun, ada yang dihidupkan Nabi Isa.
Semua itu menjadi dalil dan bukti yang tidak dapat dibantah lagi, atas kenabian dan kerasulan Nabi Isa a.s. bagi orang-orang yang mahu beriman dan percaya. Tetapi bagi musuh-musuhnya, orang-orang yang ditakdirkan Tuhan untuk jadi kayu api neraka, semua kejadian itu dipandangnya sebagai sihir semata-mata, namun Nabi Isa tetap mereka tentang dan musuhi.
Nabi Isa mempunyai kawan dan pula mempunyai lawan. Dengan kawan-kawannya itulah Nabi Isa berjalan ke tempat-tempat yang jauh, menyiarkan pelajaran agama, menolong manusia sengsara. Tetapi sayang, lawannya lebih banyak daripada kawannya dan lawannya ini memusuhinya dengan sehebat-hebatnya, serta mengadakan tekanan dan rintangan seberat-beratnya.
Musuh Nabi Isa bukan saja orang ramai yang telah dihinggapi penyakit kekafiran, tetapi banyak dari pembesar-pembesar negeri yang takut kehilangan pangkat, banyak pendita-pendita yang takut kehilangan pengaruh.
Setelah pendita-pendita sesat itu merasa bahawa Nabi Isa tidak dapat mereka kalahkan dengan debat dan kata-kata, mereka berusaha mencari jalan lain. Pembesar-pembesar negeri sejak dari raja, sampai kepada pembesar-pembesar bawahannya, mereka hasut untuk menyingkirkan Nabi Isa dan masyarakat, dengan tuduhan mengganggu ketenteraman, melenyapkan keamanan negeri dan akan merebut kekuasaan pemerintah.
Pada suatu hari, Isa dan sahabat-sahabatnya itu tiba disuatu daerah padang pasir yang tandus dan kering, jauh dan desa dan kampung, tidak ada manusia dan rumah, sedang persediaan air dan makanan sudah habis samasekali. Padang pasir yang tandus itu tidak mempunyai tempat untuk berlindung, sedang matahari bersinar terik.
Mereka diserang haus dan lapar yang hebat sekali. Mereka lalu duduk berunding, bertukar fikiran, jalan mana yang harus ditempuh untuk keluar dari daerah kering itu, dimana kiranya dan bagaimana caranya mendapat sedikit air untuk dapat mempertahankan hidup mereka. Keadaan mereka lebili sulit lagi, kerana disaat itu pulalah musuh-musuh mereka telah mengepung dan menunggu-nunggu kedatangan mereka untuk dihancurkannya.
Dalam keadaan yang sulit dan rumit itulah Nabi Isa menuangkan pengajaran-pengajaran yang sangat dalam kepada para pengikutnya itu, meresapkan ke dalam jiwa mereka hakikat perjuangan hidup di dunia menjelang mati, merasakan erti hidup yang sebenarnya. Sesungguhnya para sahabat dan Hawariyun itu telah teguh imannya, sudah tidak syak lagi dan ragu-ragu lagi akan kebenaran Nabi Isa dan kerasulannya, tunduk dan patuh menjalankan nasihat dan perintah Nabi Isa, namun mereka masih ingin mendapatkan bukti-bukti dan tanda-tanda yang lebih nyata, semata-mata untuk menambah tebal keimanan mereka. Apalagi sekarang ini benar-benar mereka sedang dalam kesulitan menghadapi musuh dan bahaya lapar yang tidak terhingga.
Mereka lalu berkata kepada Isa: Ya, Isa anak Mariam! Kuasakah Tuhan menurunkan makanan dari langit untuk kami?
Dengan keterangan, bahawa mereka hanya ingin tahu saja, bukanlah kerana kurang percaya dan kurang tegas iman.
Permintaan yang demikian pernah pula dikemukakan oleli pengikut Nabi Ibrahim dahulu. Terhadap permintaan sahabat-sahabatnya itu, Nabi Isa menasihatkan agar mereka jangan hendaknya menuntut mukjizat-mukjizat supaya tuntutan itu janganlah menjadi fitnah terhadap keimanan mereka sendiri.
Nabi Isa memperingatkan mereka sekali lagi kepada mukjizat-mukjizat yang banyak sekali, yang sudah diperlihatkan Nabi Isa kepada mereka.
Mendengar keterangan Nabi Isa itu, mereka lalu berkata: Kami menghendaki yang demikian itu, supaya dapatlah kami memakan makanan yang kami katakan itu dan supaya tetap teguh kepercayaan dalam hati kami, sedang kami mengakui sebenar-benarnya, bahawa engkau orang yang benar, sehingga kami menjadi saksi atas yang demikian itu.
Setelah mendengar perkataan mereka itu, Nabi Isa lalu berdoa kepada Tuhan: Ya Allah, Tuhan kami, turunkanlah makanan dan langit untuk menjadi perayaan besar (hariraya) bagi kami dan orang-orang yang sesudah kami dan pula menjadi bukti kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki, sedang Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki.
Doa dan harapanan itu dikabulkan Allah. Makanan yang lazat cita rasanya turunlah dari langit untuk mereka santap bersama-sama, diiringi oleh turunnya wahyu Allah: Sesungguhnya Aku turunkan makanan itu kepadamu, tetapi ingat, barangsiapa yang engkar diantara kamu dikemudian hari, akan Aku seksa dengan seksaan yang belum pernah Aku seksakan kepada orang-orang yang hidup didunia ini.
Makanan itu segera mereka santap bersama-sama dengan sekenyang-kenyangnya, sehingga segarlah perasaannya, hilang rasa laparnya, serta kembalilah kekuatan mereka yang sudah penat dan lelah itu. Kejadian itu tersiar pula kemana-mana menambah imannya orang yang beriman dan menambah dengkinya musuh-musuh mereka.
Dalam pada itu kaum Bani Israel, iaitu musuh Nabi Isa dipelopori oleh pendita-pendita mereka sendiri, telah berkumpul untuk mencari daya-upaya cara bagaimana dapat menewaskan Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya. Hadir pula dalam rapat besar itu pembesar-pembesar negeri dan raja mereka.
Nabi Isa telah mengetahui lebih dahulu akan rencana-rencana mereka untuk membunuh Nabi Isa itu. Sebab itulah Nabi Isa terus mengembara menghindarkan diri dari tangkapan mereka.
Dalam rapat besar itu, tiba-tiba seorang pemuda yang tangkas mengacungkan tangan minta berbicara untuk mengemukakan pendapat dan usulnya. Pemuda itu Yahuza namanya. Kepadanya diberikan kesempatan membentangkan pandangan dan buah fikirannya.
Dengan tegas pemuda itu lalu mengusulkan, agar Nabi Isa ditangkap dan dibunuh saja. Dia sendiri telahpun mengetahui akan tempat Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu bersembunyi. Dia sendiri menyanggupkan dirinya untuk menjadi pelopor dalam penangkapan dan pengepungan itu.
Fikiran yang dikemukakan pemuda itu, dengan segera mendapat persetujuan dari yang hadir dengan sambutan yang meriah sekali. Apalagi orang banyak sudah lama tidak mendengar, di mana Isa sedang berada, tiba-tiba pemuda itu menerangkan, bahawa dia mengetahui tempat Nabi Isa. Pemuda itu mendapat pujian setinggi langit. Orang banyak datang berduyun-duyun mencium tangan pemuda itu dan menjanjikan kepadanya apa saja yang dia kehendaki, bila dia telah berhasil dapat menangkap Nabi Isa serta membunuhnya.
Raja lalu menyiapkan tentera dan perbekalan, untuk dikerahkan menangkap Nabi Isa, dibawah pimpinan pemuda itu. Dalam pada itu pendita-pendita dan pembesar-pembesar negeri yang benci kepada Isa, berpropaganda kepada orang banyak untuk membenci Nabi Isa, dan menuduhnya sebagai pengacau, serta perusak agama dan negara.
Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya telah mengetahui itu semua. Tahu bahawa tentera raja dan banyak orang telah siap mencari-cari mereka, ke mana saja mereka pergi.
Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya, dengan sembunyi-sembunyi dan menyeludup pindah dari sebuah tempat ke lain tempat, agar jangan sampai diketahui oleh musuh-musuhnya. Akhirnya Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu terperosok ke sebuah daerah yang telah dikepung oleh musuh disekitarnya. Tidak ada jalan keluar untuk melepaskan diri dan kepungan. Tidak ada jalan lain, selain bersembunyi dibelukar yang ada dalam sebuah kebun yang luas dalam daerah kepungan itu.
Disaat yang amat kritikal, dipuncak segala krisis, tidaklah hairan kalau banyak diantara pengikut Nabi Isa a.s. yang masih kurang kuat imannya, sama mencuba menghindarkan diri dari bahaya maut. Pengikut Isa a.s. berkurang satu demi satu. Akhirnya hanya tinggal 12 orang, yang menyanggupkan diri untuk tetap bersama Isa a.s. dalam keadaan yang bagaimanapun. Mereka yang 12 orang inilah yang dinamai Allah di dalam al-Quran dengan al-Hawariyun, iaitu pengikut-pengikut atau sahabat-sahabat yang setia.
Di saat itu Nabi Isa a.s. mulai mengeluh dan berkata: Siapakah gerangan yang akan menjadi pembelaku? Keluhan Isa itu dijawab oleh Hawariyun tersebut dengan kata: Kami siap untuk membela dan bersamamu menegakkan agama Allah.
Tentera musuh makin dekat jua dan musuh rupanya sudah tahu, bahawa Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya berada di tempat itu. Ketika itulah pengikut-pengikut Nabi Isa mendapat ujian yang sebesar-besarnya. Terbuktilah, bahawa diantara pengikutnya ada yang tidak tahan, ada juga yang teguh imannya. Seorang demi seorang para pengikutnya meninggalkan Isa, lalu meminta perlindungan dari musuh. Mereka lari dengan tidak minta izin dan tidak memberitahu lebih dahulu kepada Isa. Lupalah mereka ketika itu akan pemimpin besar yang selama mi mereka puja dan ikutinya.
Akhirnya salah seorang dari pengikut yang lari ini pulalah yang telah belot, menunjukkan tempat bersembunyinya Nabi Isa kepada musuh-musuh itu.
Kepungan makin dipersempit, kerana sudah nyata dimana tempat Nabi Isa bersembunyi. Dengan dipelopori oleh pemuda Yahuza, musuh makin mempersempit kepungan mereka.
Yahuza sebagai pelopor, lalu menyerbu masuk sendirian ke dalam belukar dimana Nabi Isa sedang bersembunyi. Dia ingin menangkap Nabi Isa dengan tangannya sendiri.
Baru saja pemuda itu menyerbu ke tempat persembunyian Nabi Isa, Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya. Mata musuh tidak dapat melihat Nabi Isa, sedang pemuda Yahuza yang telah menyerbu sendirian itu, dirobah Allah mukanya menjadi serupa dengan muka Nabi Isa.
Tepat disaat itu tentera musuh menyerbu masuk, mereka melihat Yahuza yang berbentuk Nabi Isa itu segera ditangkapnya serta dipukulinya, lalu mereka gantung ditiang gantungan yang berupa salib. Ditiang salib itulah orang tangkapan yang mereka kira Nabi Isa itu, mereka pakukan, lalu dilemparinya dengan batu, serta dipukulinya dengan kayu, sehingga darah tertumpah sebanyak-banyaknya. Akhirnya tangkapan itu matilah di tiang salib itu.
Nabi Isa yang sebenarnya terlepas dan tangkapan itu, tetapi orang ramai dan musuh tidak mengetahuinya. Kepada Nabi Muhammad diwahyukan Allah apa yang sebenarnya terjadi di saat itu.
Firman Allah di dalam al-Quran:
Kata mereka, mereka telah membunuh al-Masihi Isa Anak Mariam, seorang yang menjadi Rasul Allah. Yang sebenarnya mereka tidaklah membunuh Nabi Isa dan pula menyalibkannya, tetapi telah menyalibkan seorang lain yang diserupakan Allah dengan rupa Nabi Isa. Orang-orang yang berselisihan tentang Nabi Isa ini, yang sebenarnya masih dalam keraguan, bukanlah dengan pengetahuan yang yakin, hanya dengan menduga belaka. Bukanlah mereka telah membunuh Nabi Isa yang sebenarnya. Allah telah mengangkatkan Nabi Isa kepadaNya, Allah itu Maha Agung dan Maha Bijaksana.
Dan firmanNya lagi:
Mereka (orang-orang kafir) membuat rencana (untuk membunuh Nabi Isa), sedang Allah juga membuat rancangan (untuk menghindarkan Nabi Isa dari dibunuh), akhirnya rencana Allah jugalah yang terjadi, kerana Allah adalah sepandai-pandai perencana.
Ingatlah tatkala Allah bersabda: Hai Isa, Aku akan ambil kamu, dan akan angkatkan kamu kepadaKu, dan akan membersihkan kamu dari (tangan-tangan) orang-orang yang kafir itu dan akan jadikan orang-orang yang mengikut kamu itu diatas orang-orang yang kafir itu sampai hari kiamat dan kemudian kepadaKu jualah tempat kembali kamu. Nanti Aku akan tetapkan keputusan tentang segala perkara yang kamu perselisihkan.
Selain ayat-ayat yang tersebut diatas ini, ada banyak lagi ayat-ayat didalam Kitab Suci al-Quran yang menerangkan bahawa Allah telah angkat Nabi Isa kepadaNya dan bahawa Allah akan turunkan Nabi Isa kembali untuk diimani oleh semua ahli Kitab. Di samping ayat-ayat al-Quran, tidak sedikit jumlah Hadis-hadis yang sahih menerangkan bahawa Isa akan turun kembali.
Dengan alasan-alasan tersebut, maka ijmak sekalian Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin, bahawa Isa masih hidup dan akan turun.
Firman Allah dalam al-Quran, surah Ali-Imran 55:
(Ingatlah) tatkala Allah berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku (Allah) akan mengambil engkau dan akan mengangkat engkau kepadaKu serta akan membersihkan engkau dari mereka yang kafir itu.
Perkataan Allah Aku ambil dan Aku angkat engkau kepadaKu dalam ayat tersebut di atas, diulangi Allah lagi dalam ayat-ayat lainnya, dan beberapa Hadis Sahih yang menerangkan bahawa Isa a.s. akan diturunkan kembali, menjadikan para Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin sepakat mengatakan bahawa Nabi Isa masih hidup di langit, dan suatu waktu nanti akan turun lagi ke bumi.

PENGIKUT-PENGIKUT ISA AL-MASIHI

Iman al-Kisaie (Abu Bakar Muhammad bin Abdullah) yang hidup dalam abad ke 11 Masihi, dan menulis kitab Qisasul Anbiya, bahawa Nabi Isa a.s. pernah melalui (menjumpai) suatu kelompok manusia yang sedang menangkap ikan. Nabi Isa lalu memberikan pelajaran kepada mereka, agar mereka jangan hanya hidup untuk didunia ini saja. Diterangkannya pula kepada mereka tentang kehidupan diakhirat dengan Syurganya, dan ajaran-ajaran serta kepercayaan lainnya. Akhirnya empat orang dari kaum penangkap ikan ini beriman kepada Isa a.s. dan menjadi pengikutnya. Mereka itu ialah Syimun dan saudara lelakinya yang bernama Andirius, Yaqub dan Yuhanna.
Kemudian Nabi Isa a.s. melalui pula suatu kelompok manusia yang sedang mencuci pakaian mereka disungai. Nabi Isa berkata kepada mereka: Hai kaum, kamu mencuci pakaian itu dan membersihkannya dan kotoran-kotoran yang melekat padanya. Apakah kamu tidak mahu membersihkan hatimu itu? Mereka pun beriman dan menjadi pengikut Isa a.s. Mereka adalah: Lukas, Thomas, Markus dan Yuhanna dan beberapa saudara mereka yang masih kecil, di antaranya juga yang bernama Syimun dan Yaqub.
Mereka itu semualah yang menjadi pengikut-pengikut yang setia dan yang disebut Hawariyun dalam al-Quran menurut al-Kisaie. Mereka semua berjumlah 12 orang. Akhirnya datang pula seorang lainnya yang bernama Judas, yang belum pernah mendengarkan akan perkataan-perkataan atau ajaran Isa a.s., tetapi turut beriman kerana ajakan orang-orang yang telah beriman lebih dahulu. Hanya setelah Isa dan pengikutnya mengalami pengepungan yang amat kritikal sebagai yang telah kita terangkan sebelum ini, Judas ini murtad, menyeleweng, meninggalkan Isa dan pengikut-pengikutnya lalu mengkhianati Isa a.s dengan memberitahukan tempat persembunyian Nabi Isa kepada musuh-musuhnya, iaitu orang-orang Yahudi, sehingga mereka menyerbu tempat persembunyian itu.
Menurut sejarah, Nabi Isa diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul dalam umur 30 tahun. Setelah menyiarkan ajarannya selama tiga tahun atau lima tahun, terjadilah pengepungan, yang menurut kaum Nasrani, Isa tertangkap dan disalib.
Jadi Nabi Isa menyebarkan ajarannya itu hanya dalam waktu tiga atau lima tahun saja, yang selalu diancam oleh orang Yahudi untuk dibunuh, sehingga menjadikan Nabi Isa selalu berpindah-randah tempat untuk menghindari penangkapan atau pembunuhan terhadap diri beliau. Kerana keadaan yang demikian itu, pengikut-pengikutnya tidak banyak, dan pelajaran yang disampaikannya pun tidak teratur, serta orang-orang yang menerima pelajaran dari beliau itu berbagai-bagai peringkat kecerdasannya, berbagai-bagai pula lamanya masing-masing mereka bergaul dengan Isa al-Masih a.s.
Sesudah Nabi Isa as. diangkat Allah ke langit, maka hanya tinggal para pengikut yang setia ini sajalah, yang dengan sekadar ilmu yang ada pada masing-masing mereka, mereka ajarkan lagi ajaran Isa al-Masih a.s. itu. Juga dalam keadaan bersembunyi, tidak aman dan tidak bebas.
Diantara mereka, ada pula yang menuliskan apa yang mereka ketahui itu. Dan dari tulisan-tulisan mereka inilah nantinya yang dijadikan Kitab Suci yang mereka namai Injil. Masing-masing Injil itu mereka namai dengan nama penulisnya. Di antaranya ada Injil Mathius, Injil Yuhanna, Injil Lukas, Injil Barnaba dan banyak lagi Injil-injil yang lainnya. Tentu saja Injil-injil itu tidak sama antar satu sama lain, sebab hanya merupakan catatan dari masing-masing pencatat saja, selama mereka bergaul dengan Nabi Isa, atau semata-mata hanya khabar atau cerita yang sampai kepada mereka saja tentang Nabi Isa a.s. Sebab tidak semua penulis Injil itu adalah Sahabat (Hawari), malah banyak pula penulis-penulis Injil yang tidak pernah bertemu samasekali dengan Isa, bahkan tidak pula dengan para Sahabat atau Hawari.
Tidak hairanlah kalau beberapa abad kemudian, ajaran yang diajarkan mereka menjadi bersimpang-siur, menjadikan mereka berpecah-belah tentang kepercayaan. Ada diantara mereka yang mengatakan bahawa Isa al-Masih a.s. adalah sebagai Nabi dan Rasul sebagaimana juga Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang datang sebelumnya. Tetapi ada pula diantara mereka yang melebihkannya kerana Isa tidak punya bapa, menganggap Isa sebagai anak Allah. Juga tentang ibunya yang bernama Mariam dan Malaikat Jibril (Ruhul Kudus) yang mendatangi Mariam. Bahkan timbul kepercayaan yang mengatakan bahawa Isa adalah Allah yang menjelma menjadi anak manusia melalui perut seorang wanita suci iaitu ibunya, Mariam. Bahkan timbul lagi kepercayaan bahawa Malaikat Ruhul Kudus yang menyampaikan berita kelahiran Isa kepada Mariam itupun adalah Allah menjelma pula. Akhirnya timbullah kepercayaan Trinitas; iaitu Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Ruhul Kudus. Oleh orang-orang yang datang kemudian ditafsirkan bahawa Allah Bapa itu Tuhan 100%, Allah Putra, iaitu Jesus (Isa) itu Tuhan 100% dan Allah Ruhul Kudus (Malaikat Jibril) adalah Tuhan 100% pula. Bahkan ada yang mempercayai bahawa Mariam ibunya, adalah Tuhan pula, sebab ia melahirkan Tuhan iaitu Tuhan Jesus.
Kekacauan yang menimpa pengikut-pengikut Isa al-Masih a.s. itu menimbulkan kekacauan yang menyebabkan pertumpahan darah yang terus-menerus dalam waktu berabad-abad lamanya dikalangan mereka. Sehingga manusia berada kembali dalam kegelapan, iaitu kegelapan kepercayaan.
Untuk melenyapkan kegelapan itulah akhirnya diutus Allah Nabi dan Rasul terakhir, iaitu Muhammad s.a.w. dengan membawa Kitab Suci al-Quran, untuk membetulkan semua kitab yang salah, yang dianggap orang Kitab-kitab Suci, yang ada tersebar sebelum lahirnya Nabi Muhammad s.a.w.
Diantara ayat-ayat al-Quran yang ada hubungannya dengan kepercayaan-kepercayaan orang yang mengaku pengikut Nabi Isa a.s. berbunyi sebagai berikut (ertinya): Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah. Allah beri kepadaku Kitab, dan Allah menjadikan aku Nabi. Allah jadikan aku orang yang berbakti dimana saja aku berada. Allah wajibkan kepadaku mendirikan sembahyang, dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Allah jadikan aku berbakti terhadap ibuku, dan Allah tidak jadikan aku menjadi orang sombong dan celaka. Dan keselamatan tercurah atasku pada hari aku dilahirkan, serta pada hari matiku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup diakhirat nanti. Ya itulah Isa anak Mariam. Allah firmankan perkataan-perkataan yang penuh berisi kebenaran, kerana banyak manusia yang berselisih tentang dia dan ragu-ragu. Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Ia. Bila Ia menghendaki sesuatu, Ia hanya berkata: Jadilah, maka terjadilah sesuatu yang dikehendakiNya itu. (Berkata Isa): Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Ia (Allah saja), inilah jalan yang lurus (benar). Maka timbullah perselisihan diantara golongan manusia. Maka celaka besarlah orang-orang kafir dihari yang amat hebat nanti. Dihari itu mereka akan datang kepada Kami, dan alangkah terangnya mereka dapat mendengar dan melihat dihari itu. Tetapi orang-orang zalim yang hidup sekarang ini tetap dalam kesesatan yang nyata. Dan ancamlah mereka (Hai, Muhammad) dengan kepastiannya hari yang penuh dengan dukacita itu, iaitu tatkala sudah diputuskan segala perkara. Mereka tetap lalai dan tidak mahu percaya. Sesungguhnya Kamilah yang memiliki bumi dan apa-apa yang terdapat diatasnya. Dan akhirnya kepada Kami jualah mereka itu akan kembali.
(Mariam: 3040)
Dan ingatlah ketika Isa Anak Maryam berkata: Hai, Bani Israel, sesungguhnya aku ini Rasul Allah yang diutus kepada kamu, membenarkan apa yang dihadapanku (iaitu Kitab Taurat) dan memberi khabar gembira akan kedatangannya seorang Rasul sesudahku namanya Ahmad (iaitu Muhammad). Tetapi tatkala Rasul itu datang kepada mereka membawa keterangan, mereka berkata: Ini adalah sihir semata." (as-Saff: 6)
Hai, Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), sungguh sudah datang kepadamu Rasul Kami (Nabi Muhammad) menerangkan banyak perkara yang kamu (nenek-moyangmu) sembunyikan dan isi al-Kitab (Taurat dan Injil) dan banyak pula yang kamu hapuskan (kerana memberatkan kamu) sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya yang terang dan Kitab Suci (al-Quran dan Allah).
(al-Maidah: 5)
Hai, Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu. Janganlah kamu berkata tentang Allah selain perkataan yang benar. Sesungguhnya ia Anak Mariam itu adalah Rasul Allah dan (kejadian Isa itu adalah disebabkan) kalimahNya, yang diletakkan pada Mariam (untuk menghamilkannya) bersama roh daripadaNya. Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Janganlah kamu katakan Allah itu bertiga (Trinitas). Berhentilah kamu dan perkataan yang demikian, itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah hanya Satu (Maha Tunggal). Maha Suci Ia daripada mempunyai anak. KepunyaanNyalah apa saja yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah itu saja sebagai Pelindung (Saksi). (an-Nisa: 171)
Berkata orang-orang Yahudi: Uzair anak Allah. Dan berkata orang-orang Nasrani: Isa al-Masihi anak Allah. Yang demikian itu adalah omongan mereka dengan mulut mereka, menyerupai perkataan orang-orang kafir yang dahulu, yang telah dibinasakan oleh Allah. Hairan mengapa mereka dipalingkan begitu rupa. Mereka menjadikan guru-guru dan pendita-pendita mereka sebagai Tuhan selain Allah. Dan begitu juga terhadap Isa Al-Masihi Anak Mariam. Padahal mereka tidak diperintah selain untuk menyembah Allah yang Maha Esa, yang tiada Tuhan selain Dia. Maha Suci Ia dan apa-apa yang mereka sekutukan.
(at-Taubah: 3031)
Maksud turunnya Isa itu adalah untuk menerangkan kepada orang-orang yang mengaku mengikuti pelajaran Nabi Isa, tetapi telah membelok dari ajaran Nabi Isa yang sebenarnya. Lebih-lebih untuk menegaskan kepada mereka bahawa Isa tidak pernah mengajarkan bahawa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan dan untuk menegaskan kepada ummat manusia, bahawa Muhammad s.a.w. adalah Rasul Allah yang terakhir yang harus diimani dan diikuti dan bahawa al-Quran al-Karim adalah Kitab Suci yang mencakupi seluruh Kitab-kitab Suci yang sebelumnya dan bahawa Islam adalah ajaran semua Nabi dan Rasul yang pernah diutus Tuhan ke permukaan bumi ini.
Dengan alasan yang tersebut diatas inilah, maka ummat Islam percaya, bahawa Nabi Isa a.s. tidaklah mati terbunuh ditiang salib sebagai kepercayaan ummat Nasrani sekarang ini. Kerana selain ayat-ayat al-Quran yang amat jelas tersebut diatas itu, tidak mungkin menurut kepercayaan setiap orang Islam, seorang Nabi dan Rasul Allah yang begitu benar dan mulianya, akan dapat ditangkap, serta dibunuh dengan pembunuhan kejam, di luar penkemanusiaan itu.
Allah yang Maha Kuasa pasti telah dapat menyelamatkan Nabi dan RasulNya yang bernama Isa al-Masihi, dan perlakuan yang tidak sewajarnya ini.
Kalau ummat Islam dan ummat Nasrani berlainan kepercayaan tentang kedua masalah ini (iaitu tentang ketuhanan Isa dan tersalibnya Isa) ummat Islam tidak diperbolehkan bertengkar dan berdebat dengan ummat Nasrani tentang masalah ini. Kerana masalah ini seratus peratus masalah ghaib, yang tidak mungkin dapat diselesaikan dengan bertengkar dan berdebat.
Dengan ayat-ayat yang tersebut diatas, ummat Islam menunggu sampai datang saatnya nanti di hari kiamat, dialam akhirat, dimana Allah akan menetapkan putusan tentang masalah yang sedang diperselisihkan sekarang ini, antara ummat Islam, ummat Nasrani dan ummat Yahudi.
Marilah kita sama menunggu saat yang dijanjikan Allah itu dengan sabar dan menjauhkan diri dari sengketa, berjalan dan hidup dengan kepercayaan masing-masing.
Tetapi bila perdebatan mengenai masalah-masalah yang diperselisihkan itu dapat dijamin akan berjalan secara baik, dijamin tidak akan membangkitkan nafsu-nafsu yang tidak dapat dikendalikan, maka setiap saat ummat Islam diperbolehkan menghadapinya.
Firman Allah dalam al-Quran:
Serulah manusia kejalan Allah dengan bijaksana dan nasihat-nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui akan orang-orang yang sesat dari jalanNya dan Ialah pula yang lebih tahu akan orang-orang yang benar (mendapat petunjuk). Dan jika kamu terpaksa harus membalas seksaan, maka balaslah dengan pembalasan yang sebanding dengan apa yang telah mereka seksakan kepadamu. Dan jika kamu sabar (tidak membalas) maka itulah yang lebih baik, bagi orang-orang yang sabar. Dan sabarlah engkau dan tidaklah engkau dapat bersabar, kalau bukan kerana Allah. Dan janganlah engkau berdukacita terhadap mereka dan janganlah engkau berkecil hati lantaran tipu daya mereka. Sesungguhnya Allah beserta dengan orang yang taqwa dan orang yang berbuat kebaikan.
(an-Nahal: 125-129)

Siip? LIKE :)

Copy Right @ Semua yang di tulis di atas adalah hak milik Ali Supratman :)